Minggu, 13 Februari 2011

Nabi Ibrahim juga menjalankan konsep hijrah

Meninggalkan Ur-Kasdim
…tetapi janganlah orang menghadap ke hadirat-Ku dengan tangan hampa. – Keluaran 23:15

Lalu Terah membawa Abram, anaknya, serta cucunya, Lot, yaitu anak Haran, dan Sarai, menantunya, isteri Abram, anaknya; ia berangkat bersama-sama dengan mereka dari Ur-Kasdim untuk pergi ke tanah Kanaan, lalu sampailah mereka ke Haran, dan menetap di sana – Kejadian 11:31

Jawab Stefanus: "Hai saudara-saudara dan bapa-bapa, dengarkanlah! Allah yang Mahamulia telah menampakkan diri-Nya kepada bapa leluhur kita Abraham, ketika ia masih di Mesopotamia, sebelum ia menetap di Haran, dan berfirman kepadanya: Keluarlah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan pergilah ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu. Maka keluarlah ia dari negeri orang Kasdim, lalu menetap di Haran – Kisah Rasul 7:2 – 4

Setiap perjumpaan dengan Tuhan membutuhkan sesuatu yang harus dilepaskan, yang harus dibawa kepadaNya sebab firmanNya berkata, “Janganlah orang menghadap ke hadiratKu dengan tangan hampa." Biasanya kita mengartikan ini dengan persembahan uang atau kolekte atau persembahan pujian atau ucapan syukur dari mulut kita. Tetapi hal ini juga bisa berarti sesuatu yang harus kita persembahkan atau kita lepaskan ketika Tuhan memintanya.

Perjumpaan pertama Abaraham dengan Tuhan terjadi ketika ia masih tinggal di Mesopotamia, Ur-Kasdim. Perjumpaan pertama ini membuat Abraham harus meninggalkan kampung halamannya. Ia harus melepaskan Ur-Kasdim yang mungkin juga merupakan tempat kelahirannya.

Ur Kasdim, Mesopotamia adalah daerah tempat berhala. Ketika Tuhan mau memakai Abraham, maka korban pertama yang harus dilepaskan Abraham adalah kampung halamannya. Jika Abraham tidak mau keluar dari Ur Kasdim, maka Tuhan tidak bisa memakai dia.

Ketika Tuhan mau memakai kita, maka biasanya hal pertama yang Ia ingin agar kita lepaskan adalah lingkungan kita yang mungkin akan menghambat pertumbuhan rohani kita. Itu adalah Ur-Kasdim kita yang harus kita tinggalkan. Alkitab berkata, pergaulan yang buruk merusak kebiasaan yang baik (I Kor 15:33).

Ketika seseorang berjumpa dengan Tuhan untuk pertama kalinya, ketika ia lahir baru, maka tiba-tiba lingkungan pergaulannya tidak lagi menjadi tempat yang menarik hatinya. Bahkan, teman-temannya mulai menganggapnya aneh dan kemudian menolaknya. Ia akan dianggap ekstrim, terlalu religius, sok alim, dan sebagainya. Pada saat itu, ia harus memilih, apakah akan tetap bergaul dengan lingkungan lamanya, apakah akan tetap “berada di Ur-Kasdim” atau mengikut Tuhan untuk kemudian dibawa ke lingkungan baru yang akan mendukung pertumbuhan rohaninya.

Bagaimana dengan anda? Pernahkah anda berjumpa denganNya? Adakah sesuatu yang Ia minta untuk anda lepaskan? Apakah anda tetap berada di lingkungan lama yang tidak menunjang pertumbuhan rohani anda? Apakah anda tetap “berada di Ur-Kasdim”? Jika anda ingin terus bertumbuh secara rohani, maka anda harus mau melepaskan apa yang Ia minta. Dan dapat dipastikan bahwa yang Ia minta adalah sesuatu yang akan mendatangkan kebaikan bagi kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar