Senin, 14 Februari 2011

kakeknya monyet ...



Seorang penjual topi berjalan melintasi hutan. Karena cuaca panas, ia memutuskan beristirahat sejenak dibawah sebuah pohon besar. Sebelum merebahkan diri, ia meletakkan keranjang berisi topi-topi dagangan disampingnya. Beberapa jam ia terlelap dan terbangun oleh suara-suara ribut.

Hal pertama yang disadarinya adalah bahwa semua topi dagangannya telah hilang. Kemudian ia mendengar suara monyet-monyet di atas pohon. Ia mendongak keatas dan betapa terkejutnya ia melihat pohon itu penuh dengan monyet. Yang semuanya mengenakan topi-topinya.

Penjual topi itu terduduk dan berpikir keras bagaimana caranya ia bisa mendapatkan kembali topi-topi dagangannya yang sedang dibuat main-main oleh monyet-monyet itu. Ia berpikir dan berpikir, dan mulai menggaruk-garuk kepalanya. Ternyata monyet-monyet itu menirukan tingkah lakunya. Kemudian, ia melepas topinya dan mengipas-ngipaskan ke wajahnya. Ternyata monyet-monyet itu pun melakukan hal yang sama.

Aha..! Ia pun mendapat ide..! Lalu ia membuang topinya ke tanah, dan monyet-monyet itu juga membuang topi-topi di tangan mereka ke tanah. Segera saja si penjual itu mengumpulkan dan mendapatkan kembali semua topi-topinya. Ia pun melanjutkan perjalanannya.

Lima puluh tahun kemudian, cucu dari si penjual topi itu juga menjadi seorang penjual topi juga dan telah mendengar cerita tentang monyet-monyet itu dari kakeknya. Suatu hari, persis seperti kakeknya, ia melintasi hutan yang sama. Ia beristirahat di bawah pohon yang sama dan meletakkan keranjang berisi topi-topi dagangan di sampingnya. Ketika terbangun iapun menyadari kalau monyet-monyet dipohon tersebut telah mengambil semua topi-topinya.

Ia pun teringat akan cerita kakeknya. Ia mulai menggaruk-garuk kepala, dan monyet-monyet itu menirukannya. Ia melepas topinya dan mengipas-ngipaskan ke wajahnya, monyet-monyet itu masih menirukannya. Nah, sekarang ia merasa yakin akan ide kakeknya. Kemudian ia melempar topinya ke tanah. Tapi kali ini ia yang terkejut, karena monyet-monyet itu tidak menirukannya dan tetap memegangi topi-topi itu erat-erat.

Kemudian, seekor monyet turun dari pohon, mengambil topi yang dilemparkan oleh cucu penjual topi itu, lalu menepuk bahunya sambil berkata,
“Emangnya cuman elo aja yang punya kakek…?”

Minggu, 13 Februari 2011

DAULAH ISLAM

Generasi sekarang belum pernah menyaksikan Daulah Islam yang menerapkan Islam. Begitu pula generasi yang hidup pada akhir masa Daulah Islam (Daulah Utsmaniyah) yang berhasil diruntuhkan Barat. Mereka hanya dapat menyaksikan sisa-sisa negara tersebut dengan secuil sisa-sisa Pemerintahan Islam. Karena itu, sulit sekali bagi seorang muslim untuk memperoleh gambaran tentang Pemerintahan Islam yang mendekati fakta sebenarnya sehingga dapat disimpan dalam benaknya. Anda tidak akan mampu menggambarkan bentuk pemerintahan tersebut, kecuali dengan standar sistem demokrasi yang rusak yang anda saksikan, yang dipaksakan atas negeri-negeri Islam. Kesulitannya bukan hanya itu. Masih ada yang lebih sulit lagi yaitu mengubah benak (pemikiran) yang sudah terbelenggu oleh tsaqafah Barat. Tsaqafah tersebut merupakan senjata yang digunakan Barat untuk menikam Daulah Islam, dengan tikaman yang luar biasa, hingga mematikannya. Barat lalu memberikan senjata itu kepada generasi muda negara tersebut, dalam kondisi masih meneteskan darah “ibu” mereka yang baru saja terbunuh, sambil berkata dengan sombong, “Sungguh aku telah membunuh ibu kalian yang lemah itu, yang memang layak dibunuh karena perawatannya yang buruk terhadap kalian. Aku janjikan kepada kalian perawatan yang akan membuat kalian bisa merasakan kehidupan bahagia dan kenikmatan yang nyata.” Kemudian, mereka mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan si pembunuh, padahal senjata sang pembunuh itu masih berlumuran darah ibu mereka. Perlakuan pembunuh itu kepada mereka seperti serigala yang membiarkan mangsanya lari, lalu dikejar lagi agar dapat ditangkap dan dimangsa. Mangsanya itu tidak akan bangun lagi kecuali diterkam kembali hingga darahnya mengucur atau dibanting ke dalam jurang, kemudian serigala itu memangsanya.

Bagaimana mungkin orang-orang yang benaknya telah terbelenggu tersebut dapat mengetahui bahwa senjata beracun yang pernah dipakai untuk mengakhiri Daulah Islam milik mereka itu adalah senjata yang sama yang dapat menghabisi —selama mereka berpegang teguh kepadanya— kehidupan dan institusi mereka. Pemikiran-pemikiran yang mereka usung —seperti nasionalisme, sekularisme, dan ide-ide lain yang dipakai untuk menikam Islam— adalah sebagian racun yang sengaja dicekokkan oleh tsaqafah tersebut kepada mereka. Bab Serangan Misionaris dari buku Daulah Islam ini —seluruhnya merupakan kenyataan dan data yang dapat berbicara— menunjukkan kepada kita perihal sang pembunuh yang sadis itu. Memahamkan kepada kita tentang berbagai sebab yang mendorongnya melakukan tindakan sadis tersebut, serta memperlihatkan kepada kita berbagai sarana yang digunakan untuk merealisir aksinya. Ternyata tidak ada sebab lain, kecuali dengan maksud untuk melenyapkan Islam dan tidak ada sarana yang paling penting, kecuali tsaqafah tersebut yang datang bersamaan dengan serangan para misionaris.

Kaum Muslim telah lupa tentang bahaya tsaqafah ini. Memang mereka memerangi penjajah, tetapi pada saat yang sama mereka pun mengambil tsaqafahnya. Padahal, tsaqafah itulah penyebab terjajahnya mereka, sekaligus terkonsentrasikannya penjajahan di negeri-negeri mereka. Selanjutnya, mereka menyaksikan betapa banyak pandangan-pandangannya yang saling bertentangan, rendah, hina, dan menjijikan. Mereka membalikkan punggungnya dari orang-orang asing —dengan mengklaim bahwa hal itu dilakukan untuk memerangi mereka— seraya mengulurkan tangan kepada Barat dari arah belakang dengan maksud untuk mengambil racun-racunnya yang mematikan itu, lalu menelannya. Akibatnya, mereka jatuh tersungkur di hadapannya dalam keadaan binasa. Orang-orang bodoh menyangka mereka adalah para syuhada yang gugur di medan perang. Padahal, mereka hanyalah petarung yang lupa dan sesat.

Apa sebetulnya yang mereka kehendaki? Apakah mereka menghendaki negara yang tidak berasaskan Islam, ataukah menginginkan banyaknya negara di negeri-negeri Islam? Sebetulnya Barat —sejak kekuasaan beralih kepadanya—, telah memberikan banyak negara kepada mereka untuk menuntaskan makarnya dalam menjauhkan Islam dari pemerintahan, memecah-belah negeri-negeri kaum Muslim, serta membius mereka dengan sikap phobi terhadap kekuasaan. Setiap saat, Barat selalu memberi mereka negara baru untuk semakin menyesatkan dan menambah perpecahan mereka. Barat selalu siap memberi mereka lebih banyak lagi, selama mereka masih mengusung ideologi dan pemahamannya karena mereka adalah pengikut setia Barat.

Persoalannya bukanlah mendirikan banyak negara, melainkan membangun negara yang satu di seluruh dunia Islam. Demikian juga persoalannya bukan mendirikan negara sembarang negara. Bukan pula membangun sebuah negara yang diberi sebutan Islam dan berhukum dengan selain yang diturunkan Allah. Bahkan juga bukan mendirikan sebuah negara yang dinamakan Islam dan berhukum dengan undang-undang Islam saja tanpa mengemban Islam sebagai qiyadah fikriyah (kepemimpinan ideologis). Sekali lagi, persoalannya bukan mendirikan sebuah negara semacam itu, melainkan membangun sebuah negara yang akan dapat melanjutkan kehidupan Islami yang terpancar dari akidah; sekaligus menerapkan Islam di tengah-tengah masyarakat, setelah terlebih dahulu Islam merasuk ke dalam jiwa, mantap di dalam akal, serta mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia.

Daulah Islam bukanlah khayalan seseorang yang tengah bermimpi, sebab terbukti telah memenuhi pentas sejarah selama 13 abad. Ini adalah kenyataan. Keberadaan Daulah Islam merupakan sebuah kenyataan di masa lalu dan akan menjadi kenyataan pula di masa depan, tidak lama lagi. Sebab, faktor-faktor yang mendukung keberadaannya jauh lebih kuat untuk diingkari oleh jaman atau lebih kuat untuk ditentang. Saat ini telah banyak orang-orang yang berpikiran cemerlang. Mereka itu adalah bagian umat Islam yang sangat haus akan kejayaan Islam.

Daulah Islam bukan sekadar harapan yang dipengaruhi hawa nafsu, tetapi kewajiban yang telah Allah tetapkan kepada kaum Muslim. Allah memerintahkan mereka untuk menegakkannya dan mengancam mereka dengan siksa-Nya jika mengabaikan pelaksanaannya. Bagaimana mereka mengharapkan ridha Allah, sementara kemuliaan di negeri mereka bukan milik Allah, Rasul-Nya, dan kaum Muslim? Bagaimana mereka akan selamat dari siksa-Nya, sementara mereka tidak menegakkan negara yang mempersiapkan pasukan, menjaga daerah-daerah perbatasan, melaksanakan hudud Allah dan menerapkan pemerintahan dengan segala hal yang telah Allah turunkan?

Karena itu, wajib atas kaum Muslim menegakkan Daulah Islam, sebab Islam tidak akan terwujud dengan bentuk yang berpengaruh kecuali dengan adanya negara. Demikian juga, negeri-negeri mereka tidak dapat dianggap sebagai Negara Islam kecuali jika Daulah Islam yang menjalankan roda pemerintahannya.

Daulah Islam semacam ini, bukan sesuatu yang mudah (diwujudkan) dengan sekadar mengangkat para menteri —baik dari individu atau partai— lalu mereka menjadi bagian dalam struktur pemerintahan. Sesungguhnya jalan menuju tegaknya Daulah Islam dihampari onak dan duri, penuh dengan berbagai resiko, dan kesulitan. Belum lagi adanya tsaqafah non-Islam, yang akan menyulitkan; adanya pemikiran dangkal yang akan menjadi penghalang; dan pemerintahan yang tunduk pada Barat, yang membahayakan.

Sesungguhnya orang-orang yang meniti jalan dakwah Islam untuk mewujudkan Daulah Islam; mereka lakukan itu untuk meraih pemerintahan, yang akan mereka gunakan sebagai thariqah dalam melanjutkan kehidupan Islam di negeri-negeri Islam dan mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia. Karena itu, anda saksikan mereka tidak akan menerima pemerintahan parsial, meskipun banyak hal yang mengodanya. Mereka juga tidak akan menerima pemerintahan yang sempurna, kecuali jika memberi peluang untuk menerapkan Islam secara revolusioner.

Buku Daulah Islam ini tidak dimaksudkan untuk menceritakan sejarah Daulah Islam, melainkan untuk menggambarkan kepada masyarakat bagaimana Rasul saw. mendirikan Daulah Islam. Juga, bagaimana orang kafir penjajah itu telah menghancurkan Daulah Islam dan bagaimana kaum Muslim menegakkan kembali Daulah Islam agar dapat mengembalikan cahaya bagi dunia yang menerangi jalan petunjuk dalam kegelapan.

Aljabar Sederhana Untuk Berhitung Cepat



Mari kita ingat-ingat lagi ketika kita awal-awal mengenal aljabar. Mungkin saat itu kita sedang duduk di kelas 1 SMP. Hmmm….aljabar? Apakah gerangan? Selama kita belajar di SD, sedikit sekali atau bahkan tidak pernah sama sekali mengenal aljabar.

Padahal kita tahu bahwa aljabar adalah salah satu cabang dari matematika yang sangat penting.

Karena itu, APIQ senantiasa terus berinovasi untuk memperkenalkan aljabar kepada anak-anak kita dengan cara yang menyenangkan. Agar lebih menarik, aljabar kita kenalkan sebagai kesatuan utuh dengan aritmetika dan geometri.

Sebagimana telah kita ketahui bahwa APIQ selalu fokus untuk berinovasi dalam pembelajaran matematika kreatif. Matematika memiliki tiga anak kandung: aritmetika, geometri, dan aljabar. Kelak matematika terus berkembang dengan lahirnya disiplin statistik, kalkulus, matrik, dan lain-lain.

Mari kita bermain dengan rumus dasar aljabar. Ini lah rumus paling populer ketika kita berkenalan dengan aljabar:

(x+y).(x+y) = x.(x+y) + y(x+y)
= x^2 + xy + xy + y^2
= x^2 + 2xy + y^2

Para siswa pemula, umumnya, mengharapkan bahwa hasil akhir operasi aljabar di atas hanya berupa dua suku:

x^2 + y^2

Tetapi yang benar memang terdiri dari tiga suku:

x^2 + 2xy + y^2

Berikut ini adalah rumus aljabar yang juga sangat terkenal dan hasil akhirnya terdiri dari dua suku:

(x+y).(x-y) = x.(x-y) + y.(x-y)
= x^2 – xy + xy – y^2
= x^2 – y^2

Sekarang mari kita mainkan identitas rumus aljabar di atas untuk berhitung cepat (aritmetika/aritmatika).

Hitunglah

63^2 – 62^2 = ???

= 125.

Kok bisa?

63^2 – 62^2 = (63 + 62).(63 – 62)
= 125. 1 = 125 (Selesai.)

Contoh:

76^2 – 75^2 = ???

= …. = 151 (Selesai.)

Caranya:
76^2 – 75^2 = (76+75).(76 – 75)
= 151 (Selesai).

Bagaimana dengan:

83^2 – 81^2 = ???
= (83+81)(83-81)
= 164.2 = 328 (Selesai).

Mari kita coba dengan bentuk soal aritmetika yang berbeda:

23 x 17 = ???
= (20 + 3)(20 – 3)
= 20^2 – 3^2
= 400 – 9 = 391 (Selesai).

28 x 32 = ???
= (30 – 2)(30 + 2)
= 900 – 4 = 896 (Selesai).

65 x 75 = ???
= (70 – 5)(70 + 5)
= 4900 – 25 = 4875 (Selesai).

Silakan berlatih….

38 x 42 = …
74 x 66 = …
25 x 35 = …

(Jawab: 875, 4884, 1596).

Semoga bermanfaat bagi Anda dan buah hati anda....!

Tahun Baru Masehi: Sejarah Kelam Penghapusan Jejak Islam



Dalam beberapa hari ke depan, tahun 2009 akan segera berganti, dan tahun 2010 akan menjelang. Ini tahun baru Masehi, tentu saja, karena tahun baru Hijriyah telah terjadi satu pekan yang lalu. Bagi kita orang Islam, ada apa dengan tahun baru Masehi?

Sejarah Tahun Baru Masehi

Tahun Baru pertama kali dirayakan pada tanggal 1 Januari 45 SM. Tidak lama setelah Julius Caesar dinobatkan sebagai kaisar Roma, ia memutuskan untuk mengganti penanggalan tradisional Romawi yang telah diciptakan sejak abad ketujuh SM. Dalam mendesain kalender baru ini, Julius Caesar dibantu oleh Sosigenes, seorang ahli astronomi dari Iskandariyah, yang menyarankan agar penanggalan baru itu dibuat dengan mengikuti revolusi matahari, sebagaimana yang dilakukan orang-orang Mesir.

Satu tahun dalam penanggalan baru itu dihitung sebanyak 365 seperempat hari dan Caesar menambahkan 67 hari pada tahun 45 SM sehingga tahun 46 SM dimulai pada 1 Januari. Caesar juga memerintahkan agar setiap empat tahun, satu hari ditambahkan kepada bulan Februari, yang secara teoritis bisa menghindari penyimpangan dalam kalender baru ini. Tidak lama sebelum Caesar terbunuh di tahun 44 SM, dia mengubah nama bulan Quintilis dengan namanya, yaitu Julius atau Juli. Kemudian, nama bulan Sextilis diganti dengan nama pengganti Julius Caesar, Kaisar Augustus, menjadi bulan Agustus.

Perayaan Tahun Baru

Saat ini, tahun baru 1 Januari telah dijadikan sebagai salah satu hari suci umat Kristen. Namun kenyataannya, tahun baru sudah lama menjadi tradisi sekuler yang menjadikannya sebagai hari libur umum nasional untuk semua warga Dunia.

Pada mulanya perayaan ini dirayakan baik oleh orang Yahudi yang dihitung sejak bulan baru pada akhir September. Selanjutnya menurut kalender Julianus, tahun Romawi dimulai pada tanggal 1 Januari. Paus Gregorius XIII mengubahnya menjadi 1 Januari pada tahun 1582 dan hingga kini seluruh dunia merayakannya pada tanggal tersebut.

Perayaan Tahun Baru Zaman Dulu

Seperti kita ketahu, tradisi perayaan tahun baru di beberapa negara terkait dengan ritual keagamaan atau kepercayaan mereka—yang tentu saja sangat bertentangan dengan Islam. Contohnya di Brazil. Pada tengah malam setiap tanggal 1 Januari, orang-orang Brazil berbondong-bondong menuju pantai dengan pakaian putih bersih. Mereka menaburkan bunga di laut, mengubur mangga, pepaya dan semangka di pasir pantai sebagai tanda penghormatan terhadap sang dewa Lemanja—Dewa laut yang terkenal dalam legenda negara Brazil.

Seperti halnya di Brazil, orang Romawi kuno pun saling memberikan hadiah potongan dahan pohon suci untuk merayakan pergantian tahun. Belakangan, mereka saling memberikan kacang atau koin lapis emas dengan gambar Janus, dewa pintu dan semua permulaan. Menurut sejarah, bulan Januari diambil dari nama dewa bermuka dua ini (satu muka menghadap ke depan dan yang satu lagi menghadap ke belakang).

Sedangkan menurut kepercayaan orang Jerman, jika mereka makan sisa hidangan pesta perayaan New Year's Eve di tanggal 1 Januari, mereka percaya tidak akan kekurangan pangan selama setahun penuh. Bagi orang kristen yang mayoritas menghuni belahan benua Eropa, tahun baru masehi dikaitkan dengan kelahiran Yesus Kristus atau Isa al-Masih, sehingga agama Kristen sering disebut agama Masehi. Masa sebelum Yesus lahir pun disebut tahun Sebelum Masehi (SM) dan sesudah Yesus lahir disebut tahun Masehi.

Pada tanggal 1 Januari orang-orang Amerika mengunjungi sanak-saudara dan teman-teman atau nonton televisi: Parade Bunga Tournament of Roses sebelum lomba futbol Amerika Rose Bowl dilangsungkan di Kalifornia; atau Orange Bowl di Florida; Cotton Bowl di Texas; atau Sugar Bowl di Lousiana. Di Amerika Serikat, kebanyakan perayaan dilakukan malam sebelum tahun baru, pada tanggal 31 Desember, di mana orang-orang pergi ke pesta atau menonton program televisi dari Times Square di jantung kota New York, di mana banyak orang berkumpul. Pada saat lonceng tengah malam berbunyi, sirene dibunyikan, kembang api diledakkan dan orang-orang menerikkan "Selamat Tahun Baru" dan menyanyikan Auld Lang Syne.Di negara-negara lain, termasuk Indonesia? Sama saja!

Bagi kita, orang Islam, merayakan tahun baru Masehi, tentu saja akan semakin ikut andil dalam menghapus jejak-jejak sejarah Islam yang hebat. Sementara beberapa pekan yang lalu, kita semua sudah melewati tahun baru Muharram, dengan sepi tanpa gemuruh apapun. (sa/berbagaisumber)

Hijrah Pola fikir dan Perilaku

KH. Dr. Tarmizi Taher
Gambaran Indonesia Sampai saat ini....
(kita kembali kepada zaman jahiliyah)




Tahun baru Hijriyah merupakan era baru dakam sejarah Islam yang sangat menentukan bagi perjuangan, penyebaran, dan dakwah Islam. Di bulan Muharram itu, Nabi Muhammad SAW melakukan hijrah dari Makkah menuju Madinah (Yastrib) untuk mengubah tatanan kehidupan masyarakat dalam berbagai bidang.

Menurut Ketua Umum pimpinan Puast Dewan Masjid Indonesia (DMI) KH. Dr. Tarmizi Taher, secara historis, hijrah merupakan titik awal kebangkitan Islam; Islam mengalami kemajuan pesat. Semangat nilai yang dikandung dalam hijrah itu pula yang mendasari khalifah kedua, Umar bin Khattab (memerintah : 634-644 M/13-23H) menetapkan penaggalan baru Islam yang dikenal dengan tahun baru Hijriyah. Berikut ini kutipan wawancara dengan mantan Menteri Agama RI itu:

Bagaimana Nabi Muhammad membangun umat Islam itu melalui semangat hijrah?
Di Madinah, Nabi Muhammad melakukan reformasi dan membangun masyarakat madani yang lebih bermartabat, berkeadilan, dan terbuka. Pertama-tama Nabi membangun Konstitusi Madinah (Piagam Madinah) yang dijadikan sebagai dasar bermasyarakat dan bernegara.

Reformasi bidang apa saja yang dilakukan Nabi Muhammad?
Reformasi bidang politik, agama dan hukum. Nabi Muhammad memegang langsung tiga kekuasan negara : eksekutif, yudikatif dan legislatif (yang artinya Nabi Muhammad adalah kepala pemerintahan atau kepala negara, sekaligus beliau adalah sorang Rasulullah). Pada saat yang sama, negara mengakomodasi semua kepentingan masyarakat. Mereka tidak dibedakan berdasarkan suku, kelompok politik, maupun agama. Semua lapisan masyarakat duduk sama rendah, berdiri sama tinggi, sehingga ketiga lembaga itu berdiri secara kuat dan independen.

Dalam bidang agama, demi tegaknya civil society, ketika berdakwah – yang diarikulasikan secara rasional, arif dan bijak, penuh hikmah dan argumentatif – Nabi Muhammad semata-mata hanya bertujuan meningkatkan kualitas beragama, bukan untuk konversi penganut agama lain. Prinsip yang dikedepankan Nabi adalah prinsip kebebasan beragama bagi setiap individu (pasal 25-33, Konstitusi Madinah). Prinsip ini terefleksikan melalui pengakuan negara dalam melindungi kebebasan beribadah bagi umat beragama. Secara teologis, landasannya adalah : “Tidak ada paksaan dalam beragama“ (QS.2:256).

Dalam bidang hukum, prinsip Islam adalah menjadikan nilai keadilan di atas segalanya. Jadi, masyarakat madani adalah masyakarat yang tak berkelas (aclassless society). Artinya, hukum tidak membedakan antara the have dan the have not, semua memperoleh keadilan hukum. Sikap dan kebijakan Nabi Muhamad sebagai kepala negara dan masyarakat sekaligus mengakui persamaan hak setiap warga negara, tanpa pandang bulu. (Pasal 34,40 dan 46, Konstitusi Madinah).

Dalam konteks kekinian, bagaimana aplikasi hijrah bagi kaum muslim?
Sebagai salah satu konsep penting dalam Islam, hijrah dalam konteks kekinian bukan lagi sekadar berpindah tempat, melainkan menuju perubahan, perjuangan, dan menyampaikan visi Islam. Karena itu, hijrah yang harus dilakukan kaum Muslim saat ini bukan lagi hijrah secara fisik, tetapi lebih pada perilaku. Misalnya, ikut berpartisipasi memberikan solusi terhadap berbagai masalah yang datang silih berganti yang tengah dihadapi bangsa ini.

Dalam kaitan hidup keberagaman yang harmonis, bagaimana penerapan makna hijriyah pada masyarakat Muslim Indonesia?
Dahulu Nabi hijrah untuk menciptakan peradaban yang lebih baik dan membentuk masyarakat Madani yang berperilaku terpuji serta menjunjung tinggi toleransi beragama. Ketika itu, selain umat Muslim, penganut agama lain juga hidup berdampingan di Madinah, penganut agama lain juga hidup berdampingan di Madinah. Kemajemukan dan keharmonisan itu yang tampaknya serupa dengan kehidupan masyarakat Indonesia. Perdamaian dalam masyarakat yang majemuk seperti itu patut kita teladani dari makna hijrah Nabi.

Kita harus kembali kepada komitmen ajaran agama masing-masing. Umat Islam kembali kepada ajaran Islam yang rahmatal lil alamin. Oleh karena itu, ajaran Islam harus benar-benar diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat.

Artinya, kita mesti hijrah dalam hal pola pikir?
Tentu. Hijrah dalam hal perbuatan harus dimulai dengan hijrah dalam hal pola pikir. (dari kufur/ingkar menjadi beriman). Yang tak kalah penting, hijrah yang harus dilakukan oleh umat Islam di Indonesia adalah hijrah untuk memperbaiki mutu pendidikan. Sebab, sistem pendidikan yang harus dikembangkan umat Islam adalah sistem pendidikan yang tidak hanya menekankan pada kemampuan Iptek saja, tetapi juga tidak mengenyampingkan kemampuan iman dan takwa (imtak) anak didik. Jauhkan generasi kita dari sistem pendidikan yang sekuler.

filsafat Materialisme

Baiquni mengemukakan tentang skandal materialisme anti-Tuhan dalam teori Big Bang ‘Dentuman Besar’. “Teori ini secara samar dan implisit menafikan peran Tuhan dalam penciptaan”, demikian pandangan Baiquni. Di bidang lain terdapat Mulyanto, ilmuwan bidang nuklir yang berhasil membuka tabir ‘kejahiliaan Materialisme’ dalam ilmu biologi. ‘Kejahiliaan Materialisme’ muncul dalam teori Determinisme dan Evolusionisme yakni “Kehidupan dimulai dari proses terbentuknya asam nukleat (DNA) dari material-material penyusun secara kebetulan.” Ilmuwan materialis dan determinis percaya adanya ‘sekuensi kebetulan’, untuk menyebutkan bahwa ‘Tuhan itu tak ada’, ‘Yesus itu sudah mati’, atau Godod (God is dod/dead).

Alfian Nur, Seorang akademisi Unhas penganut evolusi pernah menulis di surat kabar kampus Identitas tentang, “Nenek moyang manusia yang berasal dari dasar lautan”. Inilah salah satu contoh kecil dari ‘kebohongan terorganisir’ para akademisi materialisme. Mereka bagian dari dari perserikatan ilmuwan anti-Christ dan anti-Tuhan arahan “Dajjal dot com”, Trans Dajjal Corporate (TDC), dan “Dajjal Inc.”

Harun Yahya juga telah membongkar materialisme ini melalui tulisan-tulisannya antara lain “Kebohongan Teori Evolusi”, “Pengakuan Kaum Evolusionis,” “Kesalahpahaman Kaum Evolusionis”, “Anakku Darwin Telah Berbohong!”, “Berakhirnya Darwinisme”, dan “Penciptaan Alam Semesta”. Bila kesulitan mendapatkan buku-buku Harun Yahya, maka bisa mengakses pada Website: http: // www.harunyahya.org, http: // HYPERLINK "http://www.harunyahya.com/" µwww.harunyahya.com§, http: // HYPERLINK "http://www.harunyahya.net/" µwww.harunyahya.net, dan sejumlah situs lainnya yang sudah berbahasa Indonesia§ Data-data Ostafologi Melesetologisme juga sebagian besar dicopot dari tulisan-tulisan Harun Yahya.

Bagus dan harus dibaca

Memandang Indonesia dari sisi lain, entah ngeledek ato bangga, tapi
menggelitik. ....

Anda orang Indonesia ?
Masih tinggal di Indonesia ?
Di Jakarta?
Ke kantor naik bis umpel-umpelan?
Lalu lintas macet?
Pernah Naik kereta super ekonomi ke Yogya or Surabaya ?
Pernah kebajiran?
Pernah dipalakin di bus sama gerombolan preman?

Ok, sekarang saya serius.

Kalau Ada yang bertanya: apa sih yang bisa dibanggakan for being
Indonesian?
Maka jawaban saya adalah : Kita.

Kita harus bangga karena kita orang Indonesia Bisa dan Biasa hidup
susah!!!
Becanda lagi nih?

Nggak, saya Serius!! Saya nggak boong.
Kalau saya boong biarkan Tuhan memberikan cobaan yang berat pada saya
(red
: katanya harta yang berlimpah merupakan cobaan yang berat)Kemampuan
untuk hidup susah (saya sebut aja "survival ability" ya) tidak dimiliki
orang-orang yang lama hidup di negara-negara mapan.

Boss saya (orang India) pernah cerita: suatu ketika teman-nya-sebut saja
Sarukh dan keluarganya -pamit pada boss saya pulang ke negara asalnya ?
India yang murah meriah untuk menikmati pensiun dini, setelah 15 tahun
kerja di Singapore .

Eeeeeee? ... belum satu tahun pamitan pulang ke India ? si Sarukh sudah
balik lagi ke Singapore , dan kali ini minta bantuan Boss saya untuk
dicariin kerjaan lagi di Singapore.

What happened? Tanya boss saya.

Sarukh bercerita, setelah pulang ke India , anak remajanya yang
dibesarkan di Singapore menjadi rada-rada stress dan menjadi pasien
tetap psikiater di sana. Selidik-punya selidik agaknya hal itu
disebabkan karena Anaknya Sarukh tidak bisa menyesuaikan diri terhadap
perubahan lingkungan dari kondisi yang sangat mapan ( Singapore) ke
kondisi yang sebaliknya (India ).

Jadi, dalam hal ini, anak si Sarukh yang sudah biasa hidup dalam
kemapanan tidak punya "kemampuan bertahan waras" untuk hidup di negara
yang belum mapan. Demi kebaikan anaknya, akhirnya si Sarukh memutuskan
menunda pensiun dini-nya dan kembali kerja di Singapore .

Kalau kita-kita yang sudah biasa hidup susah di Jakarta , pindah or
berkunjung ke India sih nggak ada masalah.

Saya jadi ingat, 2 tahun lalu ketika saya dan rekan-2 kerja saya
berkunjung ke India, boss saya wanti-wanti untuk : bawa obat sakit
perut, dan selama di India hanya minum-minuman dari botol/kaleng.

Kalau ke restoran local jangan sekali-kali minum air putih yang
disediakan dari dari Teko/ceret di restoran tersbut, karena Kebersihan
Airnya tidak terjamin, dan biasanya perut orang asing tidak siap untuk
itu; begitu nasehat boss saya.

Pada waktu itu satu rombongan yang berangkat ke India terdiri dari 5
orang.
Satu orang Jepang ? dari Jepang, dua orang Singapore dan dua orang
Indonesia (termasuk saya baru sebulan kerja di Singapore ).
Dalam 2 minggu kunjungan ke India , kolega dari Singapore dan Jepang
langsung menderita diare di Minggu pertama ke India , ? diselidiki,
kemungkinan penyebabnyat adalah mereka pernah memesan kopi atau the di
restoran local pada saat makan siang (yang tentunya tidak dari botol),
Sementara si orang Jepang, walaupun secara ketat dia hanya minum-minuman
botol atau kaleng selama makan di restoran-restoran lokal, terkena diare
diduga karena si orang jepang ini menggunakan air keran dari hotel untuk
berkumur-kumur selama sikat gigi.

Sedangkan saya dan satu orang rekan lagi dari Indonesia , sehat walafiat
tidak menderita suatu apapun selama di sana (mungkin karena di
Indoneisa, sudah terbiasa jajan es dipinggir jalan yang mungkin airnya
tidak lebih bersih dari air di restoran-restoran India)

What is the moral of the story?

Kita harus bangga karena Kita bisa lebih baik dari orang Jepang dan
Singapore!!! ! (at least, dalam hal ketahanan perut).


Cerita lainnya lagi, bulan lalu saya di kirim kantor (yang base-nya di
Singapore) untuk mengikuti sebuah workshop di Rio de Janeiro Brazil

Total waktu trempuh saya dari Singapore ke hotel saya di Rio de Janeiro
Brazil adalah 36 jam (termasuk 5 jam transit di Eropa).
Sebenarnya, dari Singapore ke Brazil , jalur yang paling umum dan cepat
adalah ke arah Timur, transit di Amerika, terus ke Brazil .

Dengan jalur ini saya perkirakan, dalam 26-30 Jam saya sudah bisa
mencapai Brazil.

Cuma, karena saya orang Indonesia , untuk transit di Amerika pun saya
butuh apply VISA Amerika, yang mana proses aplikasi visa tersebut
memerlukan waktu sedikitnya 2 minggu.
Padahal, saya tidak punya waktu sebanyak itu. Alhasil, yah begitulah,
saya harus memilih rute yang sebelaliknya, mengeliling belahan bumi
bagian barat, transit di Amsterdam , dengan waktu tempuhnya 6- 10 jam
lebih lama.
Jadinya, cukup melelahkan, tapi nggak apa-apa, namanya juga orang
Indonesia, harus terbiasa dengan hal-hal yang susah-susah.

Saya sampai di hotel di Rio, hari minggu jam 11 Malam.
Dan keesokan paginya saya langsung mengikuti workshop di sana.
Walaupun masih terasa lelah, saya tetap berusaha untuk terlibat aktif
dalam workshop pagi itu, dengan mengajukan pertanyaan atau memberi
masukan atas pertanyaan peserta lainnya.

Pada saat istirahat, saya sempat berbincang-bincang dengan kolega-kolega
dari Jerman peserta workshop itu.
Beberapa dari mereka mengeluh kecapaian dan menderita "jet lag", karena
mereka telah menempuh 12 jam perjalanan dari Jerman, dan baru saja tiba
di Brazil hari minggu siang, sehingga belum cukup waktu istirahat untuk
adaptasi Jet lag, begitu keluh mereka.

Lalu, saya berkata pada mereka, bahwa sebenarnya mereka lebih beruntung
dari saya, karena saya harus menempuh 36 jam perjalanan dari Singapore,
dan baru tiba di hotel pukul sebelas malem, kurang dari 12 jam sebelum
workshop dimulai. Mereka tertegun, salah seorang dari mereka bertanya
pada
saya: "Tapi kamu naik pesawat, di kelas Bisnis khan?"

"Tidak, jatah saya Cuma kelas ekonomi", jawab saya lagi.

Mereka terlihat semakin terkagum-kagum (atau kasihan?), dan salah
seorang dari mereka memuji.
"Its very impressive, you guys Singaporean are really-really hard
workers"
"I'm not Singaporean, I'm Indonesian working in Singapore " jawab saya
dengan bangga.

Agaknya, hari itu saya menjadi cukup terkenal di kalangan kolega dari
Jerman, hanya karena terbang selama 36 jam dari Singapore 12 jam
sebelumnya dan masih bisa secara aktif mengikuti workshop tersebut.
Saya tahu kalau saya menjadi pembicaraan mereka , karena sewaktu makan
malam, kolega dari jerman lainnya - yang saya tidak pernah ceritakan
mengenai perjalanan saya dari Singapore bertanya pada saya tips and
trick
supaya bisa tetap segar setelah menempuh perjalanan begitu lama (ini
berarti dia mendapatkan cerita saya dari kolega jerman lainnya).

Saya bingung jawabnya. Ingin sekali saya menjawab :

"Berlatihlah dengan naik kereta api super ekonomi dari Jakarta ke
Surabaya di saat-saat mendekati hari lebaran.
Kalau Anda terbiasa dengan alat transportasi ini- di mana tidak hanya
species "Homo Sapiens" yang bisa menjadi penumpangnya , dan di tambah
lagi waktu tempuhnya yang lama sekali karena hampir di setiap setasion
harus berhenti, maka Anda akan bisa menaklukkan semua alat transportasi
terbang apapun yang di muka bumi ini".

Namun, saya urungkan memberi jawaban di atas, karena saya khawatir dia
tidak akan mengerti atas apa yang saya jelaskan, dan saya yakin mereka
tidak bisa "survive" dengan alat transportasi ini, yang fasilitasnya
tentu jauh dari kelas Bisnis pesawat terbang (Note : kolega saya dari
jerman, otomatis mendapat fasilitas kelas bisnis di pesawat apabila
waktu tempuhnya lebih dari 10 jam).

Seminggu, setelah saya pulang dari Workshop di Brazil, entah karena
terkagum-kagum dengan "kemampuan hidup susah" (dari sudut pandang
mereka) yang saya miliki, atau karena alasan lainnya, kolega saya dari
Jerman yang saya temui di Brazil , menghubungi atasan saya yang intinya
meminta saya untuk ditugaskan ke Jerman, membantu project yang saat ini
sedang berjalan di sana.

Alhasil, bulan September ? November saya akan bergabung dengan
kolega-kolega di Jerman menyelesaikan project di sana. Cukup
membanggakan, karena, kata boss saya, ini kali pertama "Kantor Pusat"
meminta bantuan dari kantor cabang untuk mensupport project yang sedang
mereka kerjakan di kantor pusat.

Jadi setelah membaca tulisan ini, saya harap pembaca sekalian punya
alasan semakin bangga menjadi orang Indonesia .

Kalau anda lagi di luar negeri dan ditanya "Anda dari mana?"

Jawablah dengan bangga:

Ya, Saya dari Indonesia ,
Negara yang lagi susah,
Saya juga hidupnya susah
Tapi saya bisa "survive", Dan saya bangga karenanya!!!
Any Problem???

Kebangkitan India

Walaupun coba ditutupi dengan "pupur" keceriaan para artis Bollywood-nya, tetap saja orang tahu bahwa wajah India sesungguhnya adalah wajah nestapa berjuta-juta orang miskin yang memenuhi kota-kota yang padat, kotor, dan berdebu.

Gambaran yang tertanam kuat inilah yang rupanya mendistorsi gaung kebangkitan ekonomi India akhir- akhir ini, tidak terkecuali bagi kita di Indonesia.

Berbeda dengan kemajuan ekonomi China yang terlihat dari laju pembangunan fisiknya yang berlangsung sangat cepat dan serbuan barang-barang konsumsinya ke seantero pasar dunia, kemajuan India terjadi dalam bentuk tidak kasatmata. Tepatnya, produk yang dihasilkan India bukanlah barang, melainkan jasa outsourcing atau layanan memenuhi pesanan dari negara-negara maju untuk semua yang dapat di-"digitalisasi" atau diubah ke dalam bahasa komputer dan dikirim lewat kabel atau nirkabel (udara), misalnya pemrosesan kartu kredit dan pemesanan tiket pesawat udara secara online.

Di luar India, para pekerja bidang teknologi di Lembah Silikon, Amerika Serikat, adalah yang pertama-tama merasakan munculnya "ancaman" dari kebangkitan India. Pada akhir tahun 2003, mereka menunjukkan kekhawatiran dengan berkampanye sambil mengenakan kaus oblong bertuliskan: "Saya sudah di Bengalore-kan".

Dari situs internet gerakan anti-outsourcing diketahui kaus oblong itu dijual dengan harga 15,99 dollar AS. Bengalore adalah kota penuh pesona di selatan India dan merupakan poros teknologi negeri itu.

Di seberang Atlantik, di Inggris, aksi serupa juga terjadi. Tulisan pada kaus oblong para pemrotes di sana kali ini lebih terus terang, bunyinya: "Pekerjaanku pergi ke India - dan yang tinggal bagi saya cuma kaus jelek ini".

Para pekerja bidang teknologi di India merespons aksi itu dengan berbagai kelakar lewat chatting internet di antara mereka. Salah satunya mengatakan, "Harga kaus oblong itu terlalu mahal; gerakan anti-outsourcing semestinya dapat menurunkan biayanya dengan meng-outsource pembuatannya ke India."

Anehnya, semakin gencar kampanye anti-outsourcing di negara-negara maju, semakin banyak perusahaan mereka melakukan outsourcing ke India.

Gambaran aksi dan reaksi di atas merupakan pembuka Bab 1 buku berjudul The Rise of India: Its Transformation from Poverty to Prosperity yang ditulis Niranjan Rajadhyaksha dan diterbitkan John Wiley & Sons (Asia) Pte Ltd (2007).

Niranjan Rajadhyaksha adalah deputi editor majalah Business World yang memiliki basis pembaca yang luas di India. Dia memiliki gelar MA dalam ilmu ekonomi dari Universitas Mumbai dengan spesialisasinya dalam ekonomi internasional dan demografi. Awalnya ia dosen mata kuliah ekonomi untuk jenjang S-1, tetapi kemudian memilih karier sebagai jurnalis ekonomi dan keuangan, pekerjaan yang sudah ditekuninya selama 17 tahun terakhir.

Niranjan mengatakan, ia tumbuh dewasa di Sahitya Sahawas, kompleks hunian di Mumbai yang didirikan para penulis dan kritikus 40 tahun lalu. Tampaknya, karier sebagai penulis dan kritikus di India bukan saja telah menjadi profesi, melainkan juga pekerjaan yang layak untuk dibanggakan.

Dari membaca tulisannya, kita segera menangkap Niranjan melanjutkan ide Thomas L Friedman, salah satu penulis terbaik Amerika Serikat tentang globalisasi dan pemenang Hadiah Pulitzer, seperti ditulis di dalam buku-buku larisnya, The Lexus and the Olive Tree (1999) dan The World is Flat (2005).

Tepatnya, Niranjan memakai berbagai kecenderungan globalisasi Friedman untuk menjelaskan mengapa India bisa bangkit dan apa tantangan selanjutnya. Buku Niranjan dan sejenisnya mewakili titik balik dari gambaran kelabu yang dipaparkan di dalam buku-buku semacam Asian Drama: An Inquiry into the Poverty of Nations (1968) karangan Gunnar Myrdal, pemenang Nobel Memorial Prize in Economics 1974, ataupun Asian Eclipse- nya Michael Backman (1999).

Enam revolusi

Fokus Niranjan tentang kebangkitan ekonomi India dalam bukunya adalah pada kemampuan orang-orang dan organisasi komersialnya menarik manfaat dari atau bahkan menciptakan apa yang disebutnya "Enam Revolusi Besar". Menyusul Bab 1 dan Bab 2 yang berjudul Fear Over The Valley dan A Century of Lost Opportunities, uraian atas keenam revolusi tersebut membentuk Bab 3 hingga Bab 8.

Judul masing-masing revolusi pada keenam bab itu berturut-turut adalah People Power (Revolusi Demografi), India Calling (Revolusi Outsourcing) , The Global Agenda (Revolusi Globalisasi) , The Financial Revolution (Revolusi Pendanaan), The Yogi and the Consumen (Revolusi Aspirasi Masyarakat), dan Reforms for the Poor: The Acid Test (Revolusi Kebijakan Pemerintah). Buku ini diakhiri pada Bab 9 dengan judul The Dark Side of the Moon.

Ada dua sumbangan penting yang layak disebut dari buku setebal 176 halaman termasuk Epilogue dan Index ini. Pertama, keterampilan Niranjan dalam merangkai teori ekonomi, berbagai fakta seputar globalisasi dan dampaknya terhadap India dengan cara penyampaian yang tidak bertele-tele.

Latar belakang pendidikan, pengalaman awal sebagai dosen, dan terakhir jurnalis yang memiliki interaksi luas dengan orang dari berbagai kalangan memiliki andil besar dalam membentuk keterampilan ini. Dengan latar belakang itu, dapat dipastikan pembaca tidak akan berkerut keningnya karena berjumpa dengan sebuah rumus ekonomi.

Sumbangan kedua adalah ide tentang "hak asasi ekonomi" bagi kasus India. Di dunia, orang mengenal India sebagai contoh klasik keberhasilan demokrasi politik dan kegagalan pembangunan ekonomi.

Kegagalan itu, menurut Niranjan, hanya bisa diatasi apabila ekonomi tidak hanya dipandang sebagai alat oleh para ekonom, politikus, dan birokrat, tetapi juga hak mendasar setiap warga negara India. Apakah mereka para karyawan berbagai perusahaan yang harus menyesuaikan diri dengan arus globalisasi, para nelayan yang menggunakan telepon genggam untuk memaksimalkan pendapatan mereka, para orangtua yang mencari sekolah yang baik bagi anak-anaknya, para petani yang mencari akses ke pasar modern, dan orang muda dengan aspirasinya untuk menaiki terus jenjang karier yang semakin tinggi.

Hak asasi

Kebangkitan yang dialami India sampai sejauh ini akibat keenam revolusi di atas adalah gambaran dari berhasilnya ekonomi dijadikan hak asasi sejumlah warga negara dan organisasi komersialnya pada bidang-bidang yang terbatas.

Sebagai contoh, reformasi kebijakan Pemerintah India ke arah kebebasan ekonomi yang lebih luas yang dimulai pada tahun 1991 adalah gambaran dari diberinya pengakuan atas hak asasi ekonomi perusahaan India dan perusahaan asing mitranya untuk memiliki kepastian berusaha di India.

Kebijakan ini sangat bertolak belakang dengan yang diterbitkan pada tahun 1973, misalnya, di mana rasio kepemilikan asing dan mitra Indianya dibatasi hingga maksimal 40 persen dan mengakibatkan IBM dan Coca-Cola keluar dari India.

Dampak dari diakuinya hak asasi ekonomi terakhir itu adalah berkembangnya industri jasa outsourcing India. Walau baru terbatas di satu industri dan terutama di wilayah Bengalore dan sekitarnya saja, keberhasilan ini menunjukkan perlunya perluasan pengakuan hak asasi ekonomi ke sektor dan wilayah yang lain.

Akhir kata, buku ini sangat dianjurkan untuk dibaca oleh para birokrat di pemerintahan, politikus, ekonom, dan para pembelajar ilmu ekonomi. Ide "hak asasi ekonomi" dapat dipastikan akan memberikan sebuah insight baru dalam memandang ekonomi sebagai alat kebijakan dan ilmu pengetahuan.

Karena pembahasannya disampaikan dengan cara populer, buku ini juga sesuai untuk dibaca pelaku bisnis sehingga memungkinkan mereka berselancar lebih baik di atas gulungan demi gulungan ombak yang terbentuk dari keenam arus revolusi.

Jangan khawatir, buku ini tidak bisa disamakan dengan cerita dalam film-film India produksi Bollywood. Bukankah melalui nama-nama seperti Rabindranath Tagore dan Amartya Sen sudah terbukti India adalah juga penghasil pemenang Hadiah Nobel bidang sastra dan ekonomi?

Sammy Kristamuljana PhD Profesor Manajemen Stratejik dan Ketua Prasetiya Mulya Business School

Kontemplasi Nusantara Raya

Apakah kita semua lupa?
Apakah kita semua lalai?
Apakah memang kita semua tidak mau tahu?
Ketika ekonomi dan politik menjadi taghut-taghut yang kita sembah,
Ketika intelektualitas dan logika menjadi sesembahan kita,
Ketika kehidupan hedonistis menjadi berhala kita,
Bahkan, ketika agama dan syari’at pun kita jadikan Tuhan,
Nampaknya,
Kita semua lupa,
Kita semua lalai,
Atau bahkan sebenarnya kita semua munafik,
Diam-diam…,
Syirik musyrik telah membius diri,
Bid’ah dan sesat telah merasuk dalam darah,
Pantas…
Jika Allah menurunkan azab-Nya,
Sangat pantas…
Jika Allah dengan kasih-Nya memberikan pelajaran,
“Asyhadu ala ilaha ilallah, wa asyhadu ana Muhammaddan rasulullah,
Innalillahi wa inna ilaihi roji’un,
La hawla wala quwata ila bilahil aliyul adzhim,”
Patut kita akui,
Nyatanya kita memang terlupa,
Hanya sorga menjadi tujuan kita,
Hanya rizqi menjadi dambaan kita,
Nyatanya kita memang terlupa,
Sesungguhnya Allah lah pencipta sorga dan rizqi,
Semestinya…,
“Ilahi anta maqsudi wa ridhoka mathlubi,
Allah adalah tujuanku dan ridho Allah yang kucari,”
Semestinya…,
Dengan syari’at, kita mengenal toriqoh (jalan menuju Allah),
Dengan toriqoh, kita mengenal hakekat,
Dengan hakekat, kita berma’rifat (mengenal Allah),
Semestinya…,
Agama dan syari’at bukan sarana menghakimi sesama,
“Inna robbi latifu limayasan, innahu wa alimul hakim,”
Nampaknya,
Kita tidak mau tahu akan ayat-ayat-Nya,
Kita tidak mau membaca tanda-tanda-Nya,
Kita tahu.., tapi sengaja berselingkuh,
Apakah kita tahu?
Ketika Adam Air jatuh dan raib,
Itulah tandanya bahwa hati dan bathin (adam) kita sirna,
Apakah kita tahu?
Ketika Senopati Nusantara tenggelam tak berbekas,
Itulah tandanya bahwa musnahnya jiwa kepemimpinan nusantara,
Apakah kita tahu?
Ketika Garuda jatuh terbakar,
Itulah tandanya bahwa Pancasila telah tumbang di negeri ini,
Apakah kita tahu?
Ketika bencana bersahutan menerpa bumi ini,
Itulah tandanya bahwa pasukan sapu jagad (sirrullah) tengah bersiap,
Melibas orang-orang ingkar dan munafik,
Apakah kita tahu?
Ketika semburan lumpur Porong tak jua usai,
Itulah tandanya bahwa “seseorang” tengah dinanti,
Aulia pilihan dan kekasih Allah,
Sang Satria Pinandhita Sinisihan Wahyu,
Siapa lagi kalau bukan Sang Pamomong Nuswantoro,
Telah terlihat Parikesit dibawah asuhan Abiyasa,
Tak lama lagi,
Akan datang Gajah Mada muda,
Dengan ruh Bhinneka Tunggal Ika,
Kokoh berpijak laksana Garuda Kencana,
Dengan menghunus Naga Runting,
Kembali bersumpah, mengucap Hamukti Palapa,
“Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa,”
Berdua datang bak Musa dan Harun,
Itulah Sabdo Palon dan Noyo Genggong

Imam Mahdi ( Ratu Adil ) akan muncul di sebelah timur ( Khatulistiwa ) Al Kahfi ( 18 : 17 )

Tulisan ini merupakan “Roka’at Terakhir” di dalam mengungkap misteri nusantara yang kita cintai bersama. Sungguh banyak hakekat yang tersirat dari apa yang tersurat. Untuk dipahami bersama sekali lagi bahwa apa yang terpaparkan merupakan murni hasil input spiritual dari “seorang pejalan” yang terbawa angin ke Timur menembusi dimensi kegaiban. Dengan adanya rambu-rambu adab yang berlaku, maka tidak semua bisa diungkapkan di sini. Kami berharap blog ini dapat menjadi sebuah wacana spirit nusantara dimana kami tidak akan mengintervensi komentar-komentar baik yang pro maupun kontra, asalkan saja masih di batas kesantunan dan beradab. Karena walau beragam kapasitas pemahaman masing-masing terhadap hal ini, namun kita semua sejatinya adalah saudara sebangsa satu tanah air.

Sebelum dan sesudahnya kami ucapkan terima kasih kepada para netters yang telah memberikan komentar-komentarnya. Secara khusus kami sangat mengapresiasi komentar saudaraku “Karebet” dan “Mr. Iseng”. Sedikit kami informasikan di sini, bahwa dari Upacara Guru Piduka yang telah berlangsung di Tanah Lot pada tanggal 26 Agustus 2007 yang lalu, menurut kesaksian beberapa spiritualis dari Jakarta, Semarang dan Bali yang hadir dalam acara itu telah “melihat” tanda yang sama tentang kemunculan “Satria Pinandhita Sinisihan Wahyu” di tengah kita. Ya.. sinyal yang muncul menyiratkan bahwa “Sabdo Palon Noyo Genggong” telah muncul. Sungguh sangat rumit untuk menjelaskannya bagi konsumsi akal penalaran. Tidak ada yang tidak mungkin jika Allah SWT berkehendak. Saat ini “Roda Cokro Manggilingan” tengah bergerak dan berputar. Walau secara kasat mata tidak terlihat, namun daya-dayanya akan terasa secara luas.

Bukanlah suatu kebetulan jika pada tanggal 26 Agustus 2007 malam itu (dini hari masuk tanggal 27 Agustus 2007) bulan purnama terlihat ada dua (yang satu sebenarnya adalah planet Mars). Fenomena ini melambangkan kemunculan “dua sosok” yang menjadi satu kesatuan, ibarat Semar dan Arjuna atau Begawan Abiyoso dan Prabu Parikesit. Dalam Al Qur’an dilambangkan kekuatan Nabi Musa dan Nabi Harun dalam menghadapi Fir’aun. Dan dalam konteks ini adalah : “Sabdo Palon Noyo Genggong”. Secara kegaiban Sabdo Palon adalah Dang Hyang Nirartha (titisan Sang Hyang Ismoyo) dan Noyo Genggong adalah Gajah Mada (titisan Dewa Gana / Ganesha). Aura “dua sosok” tersebut ada pada dua orang Jawa berdarah Sunda pengikut Rasulullah Muhammad SAW melalui Prabu Kian Santang, dan dalam menapak menjalankan ajaran Sunan Kalijaga dan Sunan Gunung Jati. Secara hakekat fenomena ini melambangkan bahwa “dua sosok” beliau adalah berasal dari Trah Pajajaran – Majapahit. Sehingga setidaknya terjawab sudah apa yang telah diwangsitkan oleh Prabu Siliwangi dalam “Uga Wangsit Siliwangi” berkenaan dengan sosok “Budak Angon dan Pemuda Berjanggut yang mengenakan pakaian serba hitam bersandangkan sarung tua”. Dua sosok tersebut mewakili keturunan Prabu Siliwangi yang pergi menuju ke arah Timur.

Tak perlu penasaran siapa sejatinya beliau. Karena beliau “dua orang” tersebut tidak akan muncul di permukaan sebelum missi yang dijalankannya paripurna. Missi tersebut berkenaan dengan “Persatuan Umat” dan untuk ingat kembali akan “Ke-Tuhan-an Yang Maha Esa”. Jangan dibayangkan “beliau” akan harus berhadapan dengan jutaan umat di nusantara ini. Namun dalil yang berlaku pada “beliau” adalah : “Nglurug tanpa bala, menang tanpa ngasorake”. Sampai kapanpun “beliau” tidak akan mengaku dan tidak mengetahui bahwa dirinya sebagai sosok “Satria Piningit” itu. Jadi dalam kesempatan ini kami ingin mengatakan bahwa jika di permukaan ada pihak-pihak yang mengaku atau meng-klaim dirinya sebagai Satria Piningit ataupun Ratu Adil, semua itu adalah “Tipu Daya dan Kebohongan Belaka”. Apalagi ujung-ujungnya berkaitan dengan harta karun atau pusaka Bung Karno, semua itu adalah “Bohong Besar”.

Saat ini secara kegaiban “beliau” tengah berjalan dari Timur menuju Barat, meluruskan kembali apa yang salah diantara Majapahit dan Pajajaran (khususnya kejadian Perang Bubat). Prinsipnya banyak hal yang perlu diluruskan berkenaan dengan sejarah nusantara ini. Karena kepentingan pihak-pihak tertentu pasca keruntuhan Majapahit, sampai dengan dekade ini banyak sejarah yang telah diputarbalikkan ataupun dibengkokkan. Secara empirik catatan atau bukti sejarah boleh hilang, namun di alam kegaiban catatan sejarah nusantara ini tidak dapat dihapus. Dan inilah peran kemunculan beliau “Sabdo Palon Noyo Genggong” yaitu meluruskan apa yang salah di negeri ini. Jika secara kegaiban hal-hal yang salah dapat diluruskan, maka aura ini akan berpengaruh besar dalam kehidupan manusia di bumi. Tak salah kiranya kembali apa yang tertulis di dalam Uga Wangsit Siliwangi :
“Dengarkan! Jaman akan berganti lagi, tapi nanti, setelah Gunung Gede meletus, disusul oleh tujuh gunung. Ribut lagi seluruh bumi, Orang Sunda dipanggil-panggil, Orang Sunda memaafkan. Baik lagi semuanya. Negara bersatu kembali. Nusa jaya lagi, sebab berdiri ratu adil, ratu adil yang sejati.”

Akhir kata sebagai ungkapan penutup, kami ingin mengajak para netters untuk merenungkan kembali akan ungkapan Bung Karno yang menyatakan bahwa suatu saat Indonesia akan menjadi “Mercu Suar” dunia. Untuk itu pula terakhir kalinya kami ingin memberikan bahan perenungan dalam konteks ini kepada para netters tentang hadits Rasulullah SAW :
“Dari Abdullah bin Mas’ud r.a. dia berkata, ketika kami berada di sisi Rasulullah SAW tiba-tiba datang sekelompok anak-anak muda dari kalangan Bani Hasyim. Apabila terlihat akan mereka, maka kedua mata Rasulullah SAW berlinang air mata dan wajah beliau berubah. Aku pun bertanya, “Mengapakah kami melihat pada wajahmu sesuatu yang tidak kami sukai?” Beliau menjawab, “Kami ahlul bait telah Allah SWT pilih untuk kami akhirat lebih utama dari dunia. Kaum kerabatku akan menerima bencana dan penyingkiran sepeninggalku kelak sampai datangnya suatu kaum dari sebelah Timur yang membawa bersama mereka panji-panji berwarna hitam. Mereka meminta kebaikan tetapi tidak diberikannya. Maka mereka pun berjuang dan memperoleh kemenangan lalu diberikanlah apa yang mereka minta itu, tetapi mereka tidak menerimanya, hingga mereka menyerahkannya kepada seorang lelaki dari kaum kerabatku yang memenuhi bumi dengan keadilan. Sebagaimana bumi dipenuhi dengan kedurjanaan. Siapa diantara kamu yang sempat menemuinya maka datangilah mereka walaupun merangkak di atas salju. Sesungguhnya dia adalah Al Mahdi.” (riwayat Abu Daud, Al Hakim At Tarmidzi, Ibnu Majjah, lbnu Hibban, Abu Nu’aim, lbnu ‘Asakir, Ibnu‘Adli, Adh Dhahabi, Abu Asy Syeikh)

Nabi Ibrahim juga menjalankan konsep hijrah

Meninggalkan Ur-Kasdim
…tetapi janganlah orang menghadap ke hadirat-Ku dengan tangan hampa. – Keluaran 23:15

Lalu Terah membawa Abram, anaknya, serta cucunya, Lot, yaitu anak Haran, dan Sarai, menantunya, isteri Abram, anaknya; ia berangkat bersama-sama dengan mereka dari Ur-Kasdim untuk pergi ke tanah Kanaan, lalu sampailah mereka ke Haran, dan menetap di sana – Kejadian 11:31

Jawab Stefanus: "Hai saudara-saudara dan bapa-bapa, dengarkanlah! Allah yang Mahamulia telah menampakkan diri-Nya kepada bapa leluhur kita Abraham, ketika ia masih di Mesopotamia, sebelum ia menetap di Haran, dan berfirman kepadanya: Keluarlah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan pergilah ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu. Maka keluarlah ia dari negeri orang Kasdim, lalu menetap di Haran – Kisah Rasul 7:2 – 4

Setiap perjumpaan dengan Tuhan membutuhkan sesuatu yang harus dilepaskan, yang harus dibawa kepadaNya sebab firmanNya berkata, “Janganlah orang menghadap ke hadiratKu dengan tangan hampa." Biasanya kita mengartikan ini dengan persembahan uang atau kolekte atau persembahan pujian atau ucapan syukur dari mulut kita. Tetapi hal ini juga bisa berarti sesuatu yang harus kita persembahkan atau kita lepaskan ketika Tuhan memintanya.

Perjumpaan pertama Abaraham dengan Tuhan terjadi ketika ia masih tinggal di Mesopotamia, Ur-Kasdim. Perjumpaan pertama ini membuat Abraham harus meninggalkan kampung halamannya. Ia harus melepaskan Ur-Kasdim yang mungkin juga merupakan tempat kelahirannya.

Ur Kasdim, Mesopotamia adalah daerah tempat berhala. Ketika Tuhan mau memakai Abraham, maka korban pertama yang harus dilepaskan Abraham adalah kampung halamannya. Jika Abraham tidak mau keluar dari Ur Kasdim, maka Tuhan tidak bisa memakai dia.

Ketika Tuhan mau memakai kita, maka biasanya hal pertama yang Ia ingin agar kita lepaskan adalah lingkungan kita yang mungkin akan menghambat pertumbuhan rohani kita. Itu adalah Ur-Kasdim kita yang harus kita tinggalkan. Alkitab berkata, pergaulan yang buruk merusak kebiasaan yang baik (I Kor 15:33).

Ketika seseorang berjumpa dengan Tuhan untuk pertama kalinya, ketika ia lahir baru, maka tiba-tiba lingkungan pergaulannya tidak lagi menjadi tempat yang menarik hatinya. Bahkan, teman-temannya mulai menganggapnya aneh dan kemudian menolaknya. Ia akan dianggap ekstrim, terlalu religius, sok alim, dan sebagainya. Pada saat itu, ia harus memilih, apakah akan tetap bergaul dengan lingkungan lamanya, apakah akan tetap “berada di Ur-Kasdim” atau mengikut Tuhan untuk kemudian dibawa ke lingkungan baru yang akan mendukung pertumbuhan rohaninya.

Bagaimana dengan anda? Pernahkah anda berjumpa denganNya? Adakah sesuatu yang Ia minta untuk anda lepaskan? Apakah anda tetap berada di lingkungan lama yang tidak menunjang pertumbuhan rohani anda? Apakah anda tetap “berada di Ur-Kasdim”? Jika anda ingin terus bertumbuh secara rohani, maka anda harus mau melepaskan apa yang Ia minta. Dan dapat dipastikan bahwa yang Ia minta adalah sesuatu yang akan mendatangkan kebaikan bagi kita.

Bukan Agama tapi Ajaran Ilahi

Hai para umat yang ngaku2 punya Agama... Pada nyadar gak sih kalo Allah yang mengutus Nuh, Abraham (Ibrahim), Musa (Moses), Yesus (Isa) dan Ahmad bin Abdullah (Muhammad) itu Allah yang sama? Ostosmastis ajaran yan dibawa jelas sama yaitu An Aqimuddien (tegakkanlah Dien), kalau mau diliat dari sudut pandang Al Qur'an (QS 5/68) bukankah "Kamu tidak akan dipandang ber'agama' (lebih tepatnya ber'dien') sedikitpun sebelum menegakkan apa yang ada dalam Taurat dan Injil..."
Dah gitu kalau mau diliat dari sudut pandang Al Kitab bukankah Yesus datang bukan untuk meniadakan hukum Taurat (yang dibawa Musa), berarti isi dari Al-Qur'an dan AlKitab (Taurat, Injil, dan Zabur) tu sama yaitu bicara tentang Dien, yang dalam istilah Alkitabnya disebut Kerajaan Allah dan cara menegakkannya, Orang2 "agamis" menjadi sempit dan jadi gak gaul banget ketika ngomongin Agama karena merasa bahwa dirinya adalah penganut agama tertentu dan ketika itulah muncul fanatisme beragama yang merasa bahwa agamanya yang paling bener, padahal sebagaimana telah saya tulis pada e-mail saya yang pertama bahwa Allah, Allah Bapa, Yahweh (semuanya adalah Dzat yang sama cuma beda istilah) TIDAK PERNAH MENURUNKAN AGAMA tetapi sebuah sistem hidup (DIEN-KERAJAAN ALLAH) yang dalam Al-Qur'an disebut MABADI TSALASA dan dalam Alkitab dikenal dengan TRINITAS (TRI TUNGGAL MAHA KUDUS), jadi ketika seseorang berbicara dengan atas nama agama jelas-jelas bahwa dia telah mengingkari Kitab2 Allah,
karena disitulah petunjuk yang Haq, yang paling benar menurut ukuran Sang Khaliq, bukan pendapat pribadi si A, si B, si C... Jadi kitab suci baik Taurat, Zabur, Injil, Al-Qur'an bukanlah ngomongin tentang Agama jadi BOHONG BESAR ketika seseorang (siapapun) bicara tentang AGAMA dengan dasar KITAB SUCI, (termasuk kalau kita bicara tentang umat Hindu-Budha-KongHuCu) jadi Agama tu ga ada dalam kitab suci mas-mbak...
Wassalam, Syalom

Pemuda Bani Tamim, Siapakah dia?

Suatu kali, Rasulullah SAW bersabda, “Konstantinopel akan jatuh ke atas tangan seorang Amir (ketua) yang baik lagi beragama, tentaranya tidak melampaui batas, tidak mencuri dan rakyatnya tidak penipu dan tidak bergaul bebas (baik)”. (Hadits riwayat Imam Abul Hasan Ahmad bin Jaafar).

Rasulullah SAW menyebut kejatuhan Konstantinopel tersebut secara umum, tanpa menyebut tahun, kurun mana, siapa, kaum mana dan siapa pemimpin tersebut.

Karena yang memberitahu peristiwa tersebut adalah Rasulullah SAW sendiri, maka sejak jaman Nabi SAW masih hidup, banyak di antara sahabat yang sangat bergairah dan berlomba-lomba untuk mewujudkan janji tersebut. Mereka berharap kemenangan tersebut akan terjadi di tangan mereka, di antara sahabat yang mencobanya ialah Abu Ayyub Al Ansari, Ahmad Al Ansari, Hamidullah Al Ansari dan Abu Tsabit Al Hudri. Makam-makam mereka berada di kota yang menjadi benteng kerajaan Romawi tersebut.

Pada saat itu, para sahabat belum berhasil merebut Konstantinopel, namun perjuangan tersebut terus berlangsung dari generasi ke generasi, hingga akhirnya kota tersebut jatuh hanya dalam waktu satu malam di tangan Muhammad Alfateh dari keturunan Bani Utsman, dalam kurun 600 tahun setelah sabda Rasulullah SAW di atas.

Namun demikian, perjuangan dan pengorbanan para sahabat bukanlah sesuatu yang sia-sia, dengan segala keyakinan mereka telah berusaha untuk mewujudkan janji-janji Allah SWT yang diucapkan lewat lisan Rasulullah SAW.

***

Diantara peristiwa yang akan terjadi di akhir jaman yang diberitahukan oleh Rasulullah SAW, adalah kemunculan seorang pemuda Bani Tamim beserta jamaahnya yang akan menyiapkan sebuah landasan yang kuat bagi munculnya seorang pemimpin umat di akhir jaman yaitu Imam Mahdi.

Seorang ulama hadits yang banyak mengkaji tentang pemuda ini adalah Imam Suyuti dalam kitabnya Jamiush Shaghir, bahkan karena saking inginnya beliau mewujudkan janji Rasulullah SAW itu, beliau juga berusaha untuk membentuk satu jamaah yang mendekati sifat-sifat pemuda Bani Tamim dan jamaahnya. Namun, seperti dalam peristiwa Konstantinopel, beliau belum ditakdirkan untuk dipilih menjadi pemuda tersebut.

Hadits Rasullah SAW mengenai pemuda ini diriwayatkan dari Ibnu Umar RA, bahwa pada suatu hari Rasulullah SAW, sambil memegang tangan Saidina Ali RA, beliau bersabda : “Akan keluar dari sulbi ini seorang pemuda yang memenuhi bumi ini dengan keadilan. Maka apabila kamu menyakini demikian itu hendaklah bersama Pemuda Bani Tamim itu. Sesungguhnya dia datang dari sebelah Timur dan dialah pemegang panji-panji Al Mahdi.” (Hadis riwayat At Tabrani).

Di antara sifat-sifat yang melekat pada Pemuda Bani Tamim adalah :

* Dia berketurunan Suku Tamim atau Bani Tamim ; Siapa sesungguhnya keturunan Bani Tamim, untuk hal ini terdapat perbedaan ijtihad di kalangan ulama. Di kalangan bangsa Arab ada satu kabilah yang bernama Tamim. Kabilah Tamim ini adalah satu kabilah dari bangsa Quraisy yang mendiami kawasan sekitar kota Makkah. Di antara sahabat yang berasal dari kabilah Tamim ialah sahabat yang paling setia kepada Rasulullah SAW,yaitu Abu Bakar as-Siddiq RA. Ulama lain berpendapat bahwa pemuda Tamim ini adalah berasal dari keturunan Ahlul Bait.
* Keturunannya sudah bercampur dengan bangsa Timur ; Pemuda ini adalah seorang yang keturunan Bani Tamimnya telah bercampur dengan bangsa dari timur, ia lebih dikenal sebagai orang dari bangsa Timurnya daripada suku Tamimnya. Jika orang bertanya kepadanya, “Darimana engkau berasal?” Ia akan menjawab, “Dari Timur.” Jika ditanya pula, “Apa kebangsaanmu?” Pemuda Bani Tamim akan menjawab, “Aku dari bangsa Timur.” Keterangan ini dijelaskan oleh Imam Suyuti dalam kitabnya al-Jami’us Soghir.
* Pemuda itu bernama Syuaib bin Soleh ; Menurut para penafsir nama tersebut bukan nama yang sebenarnya tetapi merujuk kepada suku bangsanya (suku kecil dari suatu bangsa), dia adalah seorang pemuda yang baik dan berasal dari keluarganya yang terkenal berakhlak baik. Dari segi bahasa Arab, kata Syu’bun berarti suku bangsa atau puak dari suatu bangsa. Sedangkan kata Syu’aibun berarti suatu suku kecil dari sebuah kabilah. Kata Bin berasal dari Ibnun artinya anak lelaki, sedangkan kata Soleh berarti orang yang baik, baik namanya, kepribadiannya, akidahnya, keturunannya, agamanya, pemikirannya dan juga akhlaknya.

Di samping itu, menurut Imam Suyuti dalam kitabnya al-Jami’us Soghir, secara lahir ada ciri-ciri khusus yang melekat pada pemuda ini. Ciri-ciri ini adalah merupakan bukti kecintaan pemuda ini untuk menghidupkan sunnah Rasulullah SAW dalam segala aspeknya :

* Dia berkumis tipis, berjanggut panjang dan berjambang tipis ; Dalam Ihya Ulumuddin oleh Imam al-Ghazali disebutkan bahwa orang-orang wara adalah orang yang berkumis tipis. Janggut juga adalah sunnah Nabi SAW dan sunnah sekalian nabi dan rasul sejak zaman dahulu kecuali Nabi Adam AS, Nabi Adam AS memang sejak asal kejadiannya, tidak mempunyai janggut.
* Dia memakai serban ; Saat ini amalan sunnah seperti serban ini sering diolok-olok dan diabaikan banyak orang.
* Dia memakai jubah dan gamis berwarna hijau dan hitam; Pada saat itu hanya beliau dan jemaahnya sahaja yang memakai jubah. tidak ada pemimpin Islam lain yang menggalakkan jamaahnya untuk memakai jubah sebagai suatu sunnah Nabi SAW dan dengan niat mau membesarkan sunnah Nabi SAW itu.
* Dia senantiasa memakai celak mata ; Celak juga amalan sunat. Setiap orang Islam sama ada lelaki atau perempuan adalah disunatkan memakai celak mata. Ada hadis Nabi SAW yang menyatakan bahawa bercelak itu sunat hukumnya. Para sahabat dahulu suka bercelak, kerana mengikut amalan Nabi SAW. Para ulama dahulu (salaf dan khalaf) yang solihin adalah golongan yang suka memakai celak. Mereka memandang perbuatan memakai celak itu sebagai suatu sunnah yang penting dan besar, terutama dalam mendekatkan diri kepada Khaliq.
* Dia senantiasa memakai tongkat ; Tongkat juga merupakan sunnah Rasulullah SAW, para Khulafaur Rasyidin, para wali dan ulama muktabar zaman dahulu. Sungguh pun badannya masih segar dan boleh berjalan tanpa menggunakan tongkat, beliau memakainya sebagai suatu sunnah Nabi SAW yang perlu dijaga.
* Dia bertubuh serba sederhana ; Tubuhnya tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah, bentuk tubuhnya tidak besar (gemuk) dan tidak kecil (kurus). Tubuh badannya adalah serba sederhana, sesedap mata memandang.
* Kulitnya tidak terlalu gelap dan tidak terlalu putih ; Dikatakan kulitnya berwarna kuning, bahwa Nabi SAW menjelaskan bahawa Pemuda Bani Tamim itu memang bukan berkulit Arab karena orang Arab biasanya berkulit merah atau putih kemerah-merahan.
* Dia bertutur dengan bahasa Ajam bukan bahasa Arab ; Pemuda ini sehari-harinya bertutur dengan bahasa lokal tempat ia hidup. Namun dia juga tetap bisa bertutur dalam bahasa Arab dengan baik dan fasih, sesuai dengan pendidikan dan suasana keluarganya yang mendorongnya mampu menguasai bahasa Ajam dan Arab.

Inilah sebagian dari ciri-ciri pemuda Bani Tamim yang dinubuwahkan oleh Rasulullah SAW. Lalu bagaimana kita menyikapinya ? Sebagaimana para sahabat RA, juga sebagaimana Imam Suyuti RA, maka kita seharusnya juga bergegas untuk menyambut dan mencari pemuda yang mempunyai ciri-ciri semacam itu. Insyaallah bersambung….

# Tulisan ini merupakan hasil saduran bebas dari tulisan Sdr. Arjuna Armada (Malaysia)

Rabu, 09 Februari 2011

Freemason dalam Lintasan Sejarah Indonesia


Meski ratusan tahun beroperasi di Nusantara, keberadaan Freemason (Belanda:Vrijmetselaarij), nyaris tak tertulis dalam buku-buku sejarah. Padahal, banyak literatur yang cukup memadai untuk dijadikan rujukan penulisan sejarah tentang gerakan salah satu kelompok Yahudi di wilayah jajahan yang dulu bernama Hindia Belanda ini.


Di antaranya adalah: Vrijmet selaarij: Geschiedenis, Maats chapelijke Beteekenis en Doel (Freemason: Sejarah, Arti untuk Masyarakat dan Tujuannya) yang ditulis oleh Dr Dirk de Visser Smith pada tahun 1931, Geschiedenis der Vrymet selary in de Oostelijke en Zuidelijke Deelen (Sejarah Freemason di Timur dan Selatan Bumi) yang ditulis oleh J Hagemen JCz pada tahun 1886, Geschiedenis van de Orde der Vrijmetselaren In Nederland Onderhoorige Kolonien en Londen (Sejarah Orde Freemason di Nederland di Bawah Kolonialisme) yang ditulis oleh H Maarschalk pada tahun 1872, dan Gedenkboek van de Vrijmet selaaren In Nederlandsche Oost Indie 1767-1917 (Buku Kenang-kenangan Freemason di Hindia Belanda 1767-1917), yang diterbitkan secara resmi pada tahun 1917 oleh tiga loge besar; Loge de Ster in het Oosten (Batavia), Loge La Constante et Fidele (Semarang), dan Loge de Vriendschap (Surabaya).


Di samping literatur yang sudah berusia ratusan tahun tersebut, pada tahun 1994, sebuah buku berjudul Vrijmetselarij en samenleving in Nederlands-Indie en Indonesie 1764- 1962 (Freemason dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764- 1962) ditulis oleh Dr Th Stevens, seorang peneliti yang juga anggota Freemason. Berbeda dengan buku-buku tentang Freemason di Hindia Belanda sebelumnya, buku karangan Dr Th Stevens ini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia pada tahun 2004.


Buku-buku yang mengungkap tentang sejarah keberadaan jaringan Freemason di Indonesia sejak masa penjajahan tersebut, sampai saat ini masih bisa dijumpai di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Bahkan, Indisch Macconiek Tijdschrift (Majalah Freemason Hindia), sebuah majalah resmi milik Freemason Hindia Belanda yang terbit di Semarang pada 1895 sampai awal tahun 1940-an, juga masih tersimpan rapi di perpustakaan nasional.


Selain karya Stevens dan H Maarschalk yang diterbitkan di negeri Belanda, buku-buku lainnya seperti tersebut di atas, diterbitkan di Semarang dan Surabaya, dua wilayah yang pada masa lalu menjadi basis gerakan Freemason di Hindia Belanda, selain Batavia. Keberadaan jaringan Freemason di Indonesia seperti ditulis dalam buku Kenang-kenangan Freemason di Hindia Belanda 1767-1917 adalah 150 tahun atau 199 tahun, dihitung sejak masuknya pertama kali jaringan Freemason di Batavia pada tahun 1762 sampai dibubarkan pemerintah Soekarno pada tahun 1961.


Selama kurun tersebut Freemason telah memberikan pengaruh yang kuat di negeri ini. Buku Kenang-kenangan Freemason di Hindia Belanda 1767-1917 misalnya, memuat secara lengkap operasional, para tokoh, dokumentasi foto, dan aktivitas loge-loge yang berada langsung di bawah pengawasan Freemason di Belanda. Buku setebal 700 halaman yang ditulis oleh Tim Komite Sejarah Freemason ini adalah bukti tak terbantahkan tentang keberadaan jaringan mereka di seluruh Nusantara.


Keterlibatan elite-elite pribumi, di antaranya para tokoh Boedi Oetomo dan elite keraton di Kadipaten Pakualaman, Yogyakarta, terekam dalam buku kenang-kenangan ini. Radjiman Wediodiningrat, orang yang pernah menjabat sebagai pimpinan Boedi Oetomo, adalah satu-satunya tokoh pribumi yang artikelnya dimuat dalam buku kenang-kenangan yang menjadi pegangan anggota Freemason di seluruh Hindia Belanda ini.


Radjiman yang masuk sebagai anggota Freemason pada tahun 1913, menulis sebuah artikel berjudul ”Een Broderketen der Volken” (Persaudaraan Rakyat). Radjiman pernah memimpin jalannya sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Selain Radjiman, tokoh-tokoh Boedi Oetomo lainnya yang tercatat sebagai anggota Freemason bisa dilihat dalam paper berjudul The Freemason in Boedi Oetomo yang ditulis oleh CG van Wering.


Kedekatan Boedi Oetomo pada masa-masa awal dengan gerakan Freemason bisa dilihat setahun setelah berdirinya organisasi tersebut. Adalah Dirk van Hinloopen Labberton, pada 16 Januari 1909 mengadakan pidato umum (openbare) di Loge de Sterinhet Oosten (Loji Bin - tang Timur) Batavia. Dalam pertemuan di loge tersebut, Labberton memberikan ceramah berjudul, ”Theosofische in Verband met Boedi Oetomo” (Theosofi dalam Kaitannya dengan Boedi Oetomo).


Theosofi adalah bagian dari jaringan Freemason yang bergerak dalam kebatinan. Aktivis Theosofi pada masa lalu, juga adalah aktivis Freemason. Cita-cita Theosofi sejalan dengan Freemason. Apa misi Freemason? Dalam buku Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764-1962, karya Dr Th Steven dijelaskan misi organisasi yang memiliki simbol Bintang David ini: ”Setiap insan Mason Bebas mengemban tugas, di mana pun dia berada dan bekerja,untuk memajukan segala sesuatu yang mempersatukan dan menghapus pemisah antar manusia.”


Jadi, misi Freemason adalah “menghapus pemisah antarmanusia!”. Salah satu yang dianggap sebagai pemisah antarmanusia adalah 'agama'. Maka, jangan heran, jika banyak manusia berteriak lantang: ”semua agama adalah sama”. Atau, ”semua agama adalah benar, karena merupakan jalan yang sama-sama sah untuk menuju Tuhan yang satu.”

Paham yang dikembangkan Freemason adalah humanisme sekular. Semboyannya: liberty, egality, fraternity. Sejak awal abad ke-18, Freemasonry telah merambah ke berbagai dunia. Di AS, misalnya, sejak didirikan pada 1733, Freemason segera menyebar luas ke negara itu, sehingga orang-orang seperti George Washington, Thomas Jefferson, John Hancock, Benjamin Franklin menjadi anggotanya.


Prinsip Freemasonry adalah 'Liberty, Equality, and Fraternity'. (Lihat, A New Encyclopedia of Freemasonry, (New York: Wing Books, 1996). Harun Yahya, dalam bukunya, Ksatria-kstaria Templar Cikal Bakal Gerakan Freemasonry (Terj), mengungkap upaya kaum Freemason di Turki Usmani untuk menggusur Islam dengan paham humanisme.


Dalam suratnya kepada seorang petinggi Turki Usmani, Mustafa Rasid Pasya, August Comte menulis, “Sekali Usmaniyah mengganti keimanan mereka terhadap Tuhan dengan humanisme, maka tujuan di atas akan cepat dapat tercapai.” Comte yang dikenal sebagai penggagas alir n positivisme juga mendesak agar Islam diganti dengan positivisme. Jadi, memang erat kaitannya antara pengembangan liberalisasi, sekularisasi, dan misi Freemason. .

Pidato anak 12 tahun bungkam para pemimpin dunia di PBB

Cerita ini berbicara mengenai seorang anak yg bernama Severn Suzuki,
seorang anak yg pada usia 9 tahun telah mendirikan Enviromental
Children's Organization ( ECO ).

ECO sendiri adalah sebuah kelompok kecil anak yg mendedikasikan diri
untuk belajar dan mengajarkan pada anak" lain mengenai masalah
lingkungan.

Dan mereka pun diundang menghadiri Konfrensi Lingkungan hidup PBB,
dimana pada saat itu Severn yg berusia 12 Tahun memberikan sebuah
pidato kuat yg memberikan pengaruh besar ( dan membungkam ) beberapa
pemimpin dunia terkemuka.

Apa yg disampaikan oleh seorang anak kecil ber-usia 12 tahun hingga
bisa membuat RUANG SIDANG PBB hening, lalu saat pidatonya selesai
ruang sidang penuh dengan orang terkemuka yg berdiri dan memberikan
tepuk tangan yg meriah kepada anak berusia 12 tahun.

Inilah Isi pidato tersebut: (Sumber: The Collage Foundation)



Halo, nama Saya Severn Suzuki, berbicara mewakili E.C.O - Enviromental
Children Organization
Kami adalah kelompok dari Kanada yg terdiri dari anak-anak berusia 12
dan 13 tahun, yang mencoba membuat perbedaan: Vanessa Suttie, Morga,
Geister, Michelle Quiq dan saya sendiri. Kami menggalang dana untuk
bisa datang kesini sejauh 6000 mil untuk memberitahukan pada anda
sekalian orang dewasa bahwa anda harus mengubah cara anda, hari ini di
sini juga. Saya tidak memiliki agenda tersembunyi. Saya menginginkan
masa depan bagi diri saya saja.

Kehilangan masa depan tidaklah sama seperti kalah dalam pemilihan umum
atau rugi dalam pasar saham. Saya berada disini untuk berbicara bagi
semua generasi yg akan datang.

Saya berada disini mewakili anak-anak yg kelaparan di seluruh dunia
yang tangisannya tidak lagi terdengar.

Saya berada disini untuk berbicara bagi binatang-binatang yang sekarat
yang tidak terhitung jumlahnya diseluruh planet ini karena kehilangan
habitatnya. Kami tidak boleh tidak di dengar.

Saya merasa takut untuk berada dibawah sinar matahari karena
berlubangnya lapisan OZON. Saya merasa takut untuk bernafas karena
saya tidak tahu ada bahan kimia apa yg dibawa oleh udara.

Saya sering memancing di Vancouver bersama ayah saya hingga beberapa
tahun yang lalu kami menemukan bahwa ikan-ikannya penuh dengan kanker.
Dan sekarang kami mendengar bahwa binatang-binatang dan tumbuhan satu
persatu mengalami kepunahan tiap harinya - hilang selamanya.

Dalam hidup saya, saya memiliki mimpi untuk melihat kumpulan besar
binatang-binatang liar, hutan rimba dan hutan tropis yang penuh dengan
burung dan kupu-kupu. Tetapi sekarang saya tidak tahu apakah hal-hal
tersebut bahkan masih ada untuk dilihat oleh anak saya nantinya.

Apakah anda sekalian harus khawatir terhadap masalah-masalah kecil ini
ketika anda sekalian masih berusia sama serperti saya sekarang?

Semua ini terjadi di hadapan kita dan walaupun begitu kita masih tetap
bersikap bagaikan kita masih memiliki banyak waktu dan semua
pemecahannya. Saya hanyalah seorang anak kecil dan saya tidak memiliki
semua pemecahannya. Tetapi saya ingin anda sekalian menyadari bahwa
anda sekalian juga sama seperti saya!

Anda tidak tahu bagaimana caranya memperbaiki lubang pada lapisan ozon kita.
Anda tidak tahu bagaiman cara mengembalikan ikan-ikan salmon ke sungai
asalnya.
Anda tidak tahu bagaimana caranya mengembalikan binatang-binatang yang
telah punah.

Dan anda tidak dapat mengembalikan hutan-hutan seperti sediakala di
tempatnya, yang sekarang hanya berupa padang pasir. Jika anda tidak
tahu bagaima cara memperbaikinya. TOLONG BERHENTI MERUSAKNYA!

Disini anda adalah delegasi negara-negara anda. Pengusaha, anggota
perhimpunan, wartawan atau politisi - tetapi sebenarnya anda adalah
ayah dan ibu, saudara laki-laki dan saudara perempuan, paman dan bibi
- dan anda semua adalah anak dari seseorang.

Saya hanyalah seorang anak kecil, namun saya tahu bahwa kita semua
adalah bagian dari sebuah keluarga besar, yang beranggotakan lebih
dari 5 milyar, terdiri dari 30 juta rumpun dan kita semua berbagi
udara, air dan tanah di planet yang sama - perbatasan dan pemerintahan
tidak akan mengubah hal tersebut.

Saya hanyalah seorang anak kecil namun begitu saya tahu bahwa kita
semua menghadapi permasalahan yang sama dan kita seharusnya bersatu
untuk tujuan yang sama.

Walaupun marah, namun saya tidak buta, dan walaupun takut, saya tidak
ragu untuk memberitahukan dunia apa yang saya rasakan.

Di negara saya, kami sangat banyak melakukan penyia-nyiaan. Kami
membeli sesuatu dan kemudian membuang nya, beli dan kemudian buang.
Walaupun begitu tetap saja negara-negara di Utara tidak akan berbagi
dengan mereka yang memerlukan.
Bahkan ketika kita memiliki lebih dari cukup, kita merasa takut untuk
kehilangan sebagian kekayaan kita, kita takut untuk berbagi.

Di Kanada kami memiliki kehidupan yang nyaman, dengan sandang, pangan
dan papan yang berkecukupan - kami memiliki jam tangan, sepeda,
komputer dan perlengkapan televisi.

Dua hari yang lalu di Brazil sini, kami terkejut ketika kami
menghabiskan waktu dengan anak-anak yang hidup di jalanan. Dan salah
satu anak tersebut memberitahukan kepada kami: " Aku berharap aku
kaya, dan jika aku kaya, aku akan memberikan anak-anak jalanan
makanan, pakaian dan obat-obatan, tempat tinggal, cinta dan kasih
sayang " .

Jika seorang anak yang berada dijalanan dan tidak memiliki apapun,
bersedia untuk berbagi, mengapa kita yang memiliki segalanya masih
begitu serakah?

Saya tidak dapat berhenti memikirkan bahwa anak-anak tersebut berusia
sama dengan saya, bahwa tempat kelahiran anda dapat membuat perbedaan
yang begitu besar, bahwa saya bisa saja menjadi salah satu dari
anak-anak yang hidup di Favellas di Rio; saya bisa saja menjadi anak
yang kelaparan di Somalia ; seorang korban perang timur tengah atau
pengemis di India .

Saya hanyalah seorang anak kecil, namun saya tahu bahwa jika semua
uang yang dihabiskan untuk perang dipakai untuk mengurangi tingkat
kemiskinan dan menemukan jawaban terhadap permasalahan alam, betapa
indah jadinya dunia ini.

Di sekolah, bahkan di taman kanak-kanak, anda mengajarkan kami untuk
berbuat baik. Anda mengajarkan pada kami untuk tidak berkelahi dengan
orang lain, untuk mencari jalan keluar, membereskan kekacauan yang
kita timbulkan; untuk tidak menyakiti makhluk hidup lain, untuk
berbagi dan tidak tamak. Lalu mengapa anda kemudian melakukan hal yang
anda ajarkan pada kami supaya tidak boleh dilakukan tersebut?

Jangan lupakan mengapa anda menghadiri konperensi ini, mengapa anda
melakukan hal ini - kami adalah anak-anak anda semua. Anda sekalianlah
yang memutuskan, dunia seperti apa yang akan kami tinggali. Orang tua
seharus nya dapat memberikan kenyamanan pada anak-anak mereka dengan
mengatakan, " Semuanya akan baik-baik saja , 'kami melakukan yang
terbaik yang dapat kami lakukan dan ini bukanlah akhir dari
segalanya.”

Tetapi saya tidak merasa bahwa anda dapat mengatakan hal tersebut
kepada kami lagi. Apakah kami bahkan ada dalam daftar prioritas anda
semua? Ayah saya selalu berkata, “Kamu akan selalu dikenang karena
perbuatanmu, bukan oleh kata-katamu”.

Jadi, apa yang anda lakukan membuat saya menangis pada malam hari.
Kalian orang dewasa berkata bahwa kalian menyayangi kami. Saya
menantang A N D A , cobalah untuk mewujudkan kata-kata tersebut.

Sekian dan terima kasih atas perhatiannya.
***********

Servern Cullis-Suzuki telah membungkam satu ruang sidang Konperensi
PBB, membungkam seluruh orang-orang penting dari seluruh dunia hanya
dengan pidatonya. Setelah pidatonya selesai serempak seluruh orang
yang hadir diruang pidato tersebut berdiri dan memberikan tepuk tangan
yang meriah kepada anak berusia 12 tahun itu.

Dan setelah itu, ketua PBB mengatakan dalam pidatonya:

" Hari ini saya merasa sangatlah malu terhadap diri saya sendiri
karena saya baru saja disadarkan betapa pentingnya linkungan dan
isinya disekitar kita oleh anak yang hanya berusia 12 tahun, yang maju
berdiri di mimbar ini tanpa selembarpun naskah untuk berpidato.
Sedangkan saya maju membawa berlembar naskah yang telah dibuat oleh
asisten saya kemarin. Saya ... tidak kita semua dikalahkan oleh anak
yang berusia 12 tahun " .

Negeri Para Bedebah


Karya:Adhie Massardi

Ada satu negeri yang dihuni para bedebah
Lautnya pernah dibelah tongkat Musa
Nuh meninggalkan daratannya karena direndam bah
Dari langit burung-burung kondor jatuhkan bebatuan menyala-nyala

Tahukah kamu ciri-ciri negeri para bedebah?
Itulah negeri yang para pemimpinnya hidup mewah
Tapi rakyatnya makan dari mengais sampah
Atau jadi kuli di negeri orang yang upahnya serapah dan bogem mentah

Di negeri para bedebah
Orang baik dan bersih dianggap salah
Dipenjarakan hanya karena sering ketemu wartawan
Menipu rakyat dengan pemilu menjadi lumrah
Karena hanya penguasa yang boleh marah
Sedang rakyatnya hanya bisa pasrah

Maka bila negerimu dikuasai para bedebah
Jangan tergesa-gesa mengadu kepada Allah
Karena Tuhan tak akan mengubah suatu kaum
Kecuali kaum itu sendiri mengubahnya

Maka bila negerimu dikuasai para bedebah
Usirlah mereka dengan revolusi
Bila tak mampu dengan revolusi,
Dengan demonstrasi
Bila tak mampu dengan demonstrasi, dengan diskusi
Tapi itulah selemah-lemahnya iman perjuangan

Sejarah Pancasila


Siapa yang tak kenal burung Garuda? Sudah hampir pasti, seluruh masyarakat Indonesia akrab dengan nama ini. Tapi, saya yakin, tak banyak orang yang tahu tentang sejarah burung ini. Jadi, ada baiknya saya menulis sebagai informasi “jeda” untuk kawan-kawan yang punya waktu luang mengunjungi halaman ini.

Garuda_thailand0Sewaktu kecil, kita pasti berpendapat bahwa burung Garuda itu memang burung benaran. Karena sewaktu kita kekebun binatang, ada nama burung yang namanya memang Garuda. Saya pernah menduga, bahwa dari spesies burung inilah lambang negara kita ini dibuat.

Kesan dari burung ini, kuat, perkasa, tatapannya tajam, dan serba sempurna. Itulah dulu yang menjadi landasan pemikiran saya kenapa burung ini dijadikan sebuah lambang negara.

Namun siapa sangka, anggapan saya itu salah besar. Ini karena waktu sekolah dulu, saya tidak pernah diajari tentang sejarah burung ini. Yang di “cekokkan” pak guru ke otak saya, hanyalah, bulu ekornya ada tujuh belas dan delapan. Kemudian sayapnya ada 45. Itu sebagai pertanda bahwa kita merdeka tanggal 17 agustus1945 dll.

Salah persepsi selama 24 tahun yang ada dikepala saya, akhirnya bisa terjawab setelah saya melihat lambang negara Thailand. Namanya juga sama, Garuda. Hanya, berbeda visualisasinya saja. Kok bisa?

Setelah saya melihatnya, saya kemudian mencoba mencari informasi. Hasilnya, cukup mengagetkan! Burung Garuda yang kita agung-agungkan selama ini, ternyata hasil dari sebuah mitos. Burungnya sendiri juga burung mitos. Garuda merupakan setengah burung dan setengah manusia yang merupakan kendaraan pribadi Dewa Wisnu.

Mitologi ini berasal dari agama Hindu dan Budha. Dalam mitologi timur, Garuda disebut sebagai “the bird of life”. Dan dalam sebuah kisah disebutkan, Garuda menyelamatkan ibunya dari perbudakan. Dan dari dasar inilah sehingga Garuda dijadikan lambang negara kita. Karena Indonesia juga terbebas dari perbudakan penjajahan.

Oleh karena burung ini adalah burung mitos, untuk sampai kewujudnya seperti sekarang, harus melalui beberapa kali revisi. Pertama kali, burung ini botak –tanpa bulu kepala seperti yang kita lihat sekarang– karena merupakan kepala manusia.

Dulu, lambang ini ketika pertama kali di usulkan, masih ada lengan dan tangan manusia. Namun, karena masukan partai Masyumi, tangan dan bahu manusia itu dihilangkan karena berbau mitos.

Namun kenapa sejarah ini tidak pernah diceritakan dalam buku-buku sejarah di SD, SLTP, dan SMU? Bahkan ketika kuliah?

Asumsi saya, karena mitologi ini berasal dari agama Hindu dan Budha, maka tidak terlalu dipublikasikan. Kita tahu sendiri, masyarakat Islam kita sangat sensitif dengan isu agama. Dan mayoritas penduduk Indonesia adalah Islam. Yang menjadi pertanyaan selanjutnya, kenapa harus disembunyikan?


Sepanjang orang Indonesia, siapa tak kenal burung garuda berkalung perisai yang merangkum lima sila (Pancasila)? Tapi orang Indonesia mana sajakah yang tahu, siapa pembuat lambang negara itu dulu?

Dia adalah Sultan Hamid II, yang terlahir dengan nama Syarif Abdul Hamid Alkadrie, putra sulung sultan Pontianak; Sultan Syarif Muhammad Alkadrie. Lahir di Pontianak tanggal 12 Juli 1913. Dalam tubuhnya mengalir darah Indonesia, Arab --walau pernah diurus ibu asuh berkebangsaan Inggris. Istri beliau seorang perempuan Belanda yang kemudian melahirkan dua anak --keduanya sekarang di Negeri Belanda.

Syarif menempuh pendidikan ELS di Sukabumi, Pontianak, Yogyakarta, dan Bandung. HBS di Bandung satu tahun, THS Bandung tidak tamat, kemudian KMA di Breda, Negeri Belanda hingga tamat dan meraih pangkat letnan pada kesatuan tentara Hindia Belanda.

Ketika Jepang mengalahkan Belanda dan sekutunya, pada 10 Maret 1942, ia tertawan dan dibebaskan ketika Jepang menyerah kepada Sekutu dan mendapat kenaikan pangkat menjadi kolonel. Ketika ayahnya mangkat akibat agresi Jepang, pada 29 Oktober 1945 dia diangkat menjadi sultan Pontianak menggantikan ayahnya dengan gelar Sultan Hamid II.

Dalam perjuangan federalisme, Sultan Hamid II memperoleh jabatan penting sebagai wakil daerah istimewa Kalbar dan selalu turut dalam perundingan-perundingan Malino, Denpasar, BFO, BFC, IJC dan KMB di Indonesia dan Belanda.

Sultan Hamid II kemudian memperoleh jabatan Ajudant in Buitenfgewone Dienst bij HN Koningin der Nederlanden, yakni sebuah pangkat tertinggi sebagai asisten ratu Kerajaan Belanda dan orang Indonesia pertama yang memperoleh pangkat tertinggi dalam kemiliteran.

Pada 21-22 Desember 1949, beberapa hari setelah diangkat menjadi Menteri Negara Zonder Porto Folio, Westerling yang telah melakukan makar di Tanah Air menawarkan “over commando” kepadanya, namun dia menolak tegas. Karena tahu Westerling adalah gembong APRA.

Selanjutnya dia berangkat ke Negeri Belanda, dan pada 2 Januari 1950, sepulangnya dari Negeri Kincir itu dia merasa kecewa atas pengiriman pasukan TNI ke Kalbar - karena tidak mengikutsertakan anak buahnya dari KNIL.

Pada saat yang hampir bersamaan, terjadi peristiwa yang menggegerkan; Westerling menyerbu Bandung pada 23 Januari 1950. Sultan Hamid II tidak setuju dengan tindakan anak buahnya itu, Westerling sempat marah.

Sewaktu Republik Indonesia Serikat dibentuk, dia diangkat menjadi Menteri Negara Zonder Porto Folio dan selama jabatan menteri negara itu ditugaskan Presiden Soekarno merencanakan, merancang dan merumuskan gambar lambang negara.

Dari transkrip rekaman dialog Sultan Hamid II dengan Masagung (1974) sewaktu penyerahan file dokumen proses perancangan lambang negara, disebutkan “ide perisai Pancasila” muncul saat Sultan Hamid II sedang merancang lambang negara. Dia teringat ucapan Presiden Soekarno, bahwa hendaknya lambang negara mencerminkan pandangan hidup bangsa, dasar negara Indonesia, di mana sila-sila dari dasar negara, yaitu Pancasila divisualisasikan dalam lambang negara.

Tanggal 10 Januari 1950 dibentuk Panitia Teknis dengan nama Panitia Lencana Negara di bawah koordinator Menteri Negara Zonder Porto Folio Sultan Hamid II dengan susunan panitia teknis M Yamin sebagai ketua, Ki Hajar Dewantoro, M A Pellaupessy, Moh Natsir, dan RM Ng Purbatjaraka sebagai anggota. Panitia ini bertugas menyeleksi usulan rancangan lambang negara untuk dipilih dan diajukan kepada pemerintah.

Merujuk keterangan Bung Hatta dalam buku “Bung Hatta Menjawab” untuk melaksanakan Keputusan Sidang Kabinet tersebut Menteri Priyono melaksanakan sayembara. Terpilih dua rancangan lambang negara terbaik, yaitu karya Sultan Hamid II dan karya M Yamin. Pada proses selanjutnya yang diterima pemerintah dan DPR adalah rancangan Sultan Hamid II. Karya M Yamin ditolak karena menyertakan sinar-sinar matahari dan menampakkan pengaruh Jepang.

Setelah rancangan terpilih, dialog intensif antara perancang (Sultan Hamid II), Presiden RIS Soekarno dan Perdana Menteri Mohammad Hatta, terus dilakukan untuk keperluan penyempurnaan rancangan itu. Terjadi kesepakatan mereka bertiga, mengganti pita yang dicengkeram Garuda, yang semula adalah pita merah putih menjadi pita putih dengan menambahkan semboyan "Bhineka Tunggal Ika".

Tanggal 8 Februari 1950, rancangan final lambang negara yang dibuat Menteri Negara RIS, Sultan Hamid II diajukan kepada Presiden Soekarno. Rancangan final lambang negara tersebut mendapat masukan dari Partai Masyumi untuk dipertimbangkan, karena adanya keberatan terhadap gambar burung garuda dengan tangan dan bahu manusia yang memegang perisai dan dianggap bersifat mitologis.

Sultan Hamid II kembali mengajukan rancangan gambar lambang negara yang telah disempurnakan berdasarkan aspirasi yang berkembang, sehingga tercipta bentuk Rajawali-Garuda Pancasila. Disingkat Garuda Pancasila. Presiden Soekarno kemudian menyerahkan rancangan tersebut kepada Kabinet RIS melalui Moh Hatta sebagai perdana menteri.

AG Pringgodigdo dalam bukunya “Sekitar Pancasila” terbitan Dep Hankam, Pusat Sejarah ABRI menyebutkan, rancangan lambang negara karya Sultan Hamid II akhirnya diresmikan pemakaiannya dalam Sidang Kabinet RIS. Ketika itu gambar bentuk kepala Rajawali Garuda Pancasila masih “gundul” dan “'tidak berjambul”' seperti bentuk sekarang ini.

Inilah karya kebangsaan anak-anak negeri yang diramu dari berbagai aspirasi dan kemudian dirancang oleh seorang anak bangsa, Sultan Hamid II Menteri Negara RIS. Presiden Soekarno kemudian memperkenalkan untuk pertama kalinya lambang negara itu kepada khalayak umum di Hotel Des Indes Jakarta pada 15 Februari 1950.

Penyempurnaan kembali lambang negara itu terus diupayakan. Kepala burung Rajawali Garuda Pancasila yang “gundul” menjadi “berjambul” dilakukan. Bentuk cakar kaki yang mencengkram pita dari semula menghadap ke belakang menjadi menghadap ke depan juga diperbaiki, atas masukan Presiden Soekarno.

Tanggal 20 Maret 1940, bentuk final gambar lambang negara yang telah diperbaiki mendapat disposisi Presiden Soekarno, yang kemudian memerintahkan pelukis istana, Dullah, untuk melukis kembali rancangan tersebut sesuai bentuk final rancangan Menteri Negara RIS Sultan Hamid II yang dipergunakan secara resmi sampai saat ini.

Untuk terakhir kalinya, Sultan Hamid II menyelesaikan penyempurnaan bentuk final gambar lambang negara, yaitu dengan menambah skala ukuran dan tata warna gambar lambang negara di mana lukisan otentiknya diserahkan kepada H Masagung, Yayasan Idayu Jakarta pada 18 Juli 1974. Sedangkan Lambang Negara yang ada disposisi Presiden Soekarno dan foto gambar lambang negara yang diserahkan ke Presiden Soekarno pada awal Februari 1950 masih tetap disimpan oleh Kraton Kadriyah Pontianak.

Sultan Hamid II wafat pada 30 Maret 1978 di Jakarta dan dimakamkan di pemakaman Keluarga Kesultanan Pontianak di Batulayang.

Sejarah pembuatan Pancasila ini berawal dari pemberian janji kemerdekaan di kemudian hari kepada bangsa Indonesia oleh Perdana Menteri Jepang saat itu, Kuniaki Koiso (?? ?? atau ?? ??) pada tanggal 7 September 1944. Lalu, pemerintah Jepang membentuk BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada tanggal 1 Maret 1945 (2605, tahun Showa 20) yang bertujuan untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan tata pemerintahan Indonesia Merdeka.

Organisasi yang beranggotakan 74 orang (67 orang Indonesia, 7 orang Jepang) ini mengadakan sidang pertamanya pada tanggal 29 Mei 1945 - 1 Juni 1945 untuk merumuskan falsafah dasar negara bagi negara Indonesia. Selama tiga hari itu tiga orang, yaitu, Muhammad Yamin, Soepomo, dan Soekarno, menyumbangkan pemikiran mereka bagi dasar negara Indonesia.

Dalam pidato singkatnya hari pertama, Muhammad Yamin mengemukakan 5 asas bagi negara Indonesia Merdeka, yaitu kebangsaan, kemanusiaan, ketuhanan, kerakyatan, dan kesejahteraan rakyat. Soepomo pada hari kedua juga mengusulkan 5 asas, yaitu persatuan, kekeluargaan, mufakat dan demokrasi, musyawarah, dan keadilan sosial. Pada hari ketiga, Soekarno mengusulkan juga 5 asas. Kelima asas itu, kebangsaan Indonesia, internasionalisme atau perikemanusiaan, persatuan dan kesatuan, kesejahteraan sosial, dan ketuhanan yang Maha Esa, yang pada akhir pidatonya Soekarno menambahkan bahwa kelima asas tersebut merupakan satu kesatuan utuh yang disebut dengan Pancasila, diterima dengan baik oleh peserta sidang. Oleh karena itu, tanggal 1 Juni 1945 diketahui sebagai hari lahirnya pancasila.

Pada tanggal 17 Agustus 1945, setelah upacara proklamasi kemerdekaan, datang berberapa utusan dari wilayah Indonesia Bagian Timur. Berberapa utusan tersebut adalah sebagai berikut:

Sam Ratulangi, wakil dari Sulawesi
Tadjoedin Noor dan Ir. Pangeran Noor, wakil dari Kalimantan
I Ketut Pudja, wakil dari Nusa Tenggara
Latu Harhary, wakil dari Maluku.
Mereka semua berkeberatan dan mengemukakan pendapat tentang bagian kalimat dalam rancangan Pembukaan UUD yang juga merupakan sila pertama Pancasila sebelumnya, yang berbunyi, "Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya".

Pada Sidang PPKI I, yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945, Hatta lalu mengusulkan mengubah tujuh kata tersebut menjadi "Ketuhanan Yang Maha Esa". Pengubahan kalimat ini telah dikonsultasikan sebelumnya oleh Hatta dengan 4 orang tokoh Islam, yaitu Kasman Singodimejo, Wahid Hasyim, Ki Bagus Hadikusumo, dan Teuku M. Hasan. Mereka menyetujui perubahan kalimat tersebut demi persatuan dan kesatuan bangsa.